Laporan Geomorfologi
OLEH
MITA PRANCINITIA
1406101040009
UNIT A
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSASALAM BANDA ACEH
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Proses geomorfologi adalah
perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi yang dialami permukaan
bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-benda alam yang kita kenal dengan
nama geomorphic agent, berupa air dan angin. Termasuk di dalam golongan
geomorphic agent air ialah air permukaan, air bawah tanah, gletser, gelombang,
arus, dan air hujan.
Angin terutama mengambil peranan
yang penting di tempat-tempat terbuka seperti di padang pasir atau di tepi
pantai. Kedua penyebab ini dibantu dengan adanya gaya berat, dan kesemuanya
bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap roman muka bumi.
Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam tenaga asal luar
(eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari permukaan bumi, sebagai lawan
dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam bumi. Tenaga asal luar
pada umumnya bekerja sebagai perusak, sedangkan tenaga asal dalam sebagai
pembentuk. Kedua tenaga ini pun bekerja bersama-sama dalam mengubah bentuk
roman muka bumi ini seperti yang terjadi di bentang alam karst. Bentang alam
karst terbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam air dan membentuk
lubang-lubang.Bentangalam ini terutama terjadi pada wilayah yang tersusun oleh
batugamping lemah.
Geomorfologi mengutamakan pembelajaran
mengenai bentuklahan, yaitu bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil
perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis yang bekerja
di permukaan bumi.
Bentuklahan
yang dihasilkan oleh proses-proses geomorfologis ada beberapa macam, yaitu :
1. Bentuklahan Bentukan Asal Volkanis
2. Bentuklahan Bentukan Asal Struktural
3. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Fluvial
4. Bentuklahan Bentukan Asal Proses
Denudasional
5. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Marin
6. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Angin
7. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Pelarutan
8. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Glasial
9. Bentuklahan Bentukan Asal Aktivitas
Organisme
Pada
observasi kali ini, mahasiswa akan diperkenalkan dan akan melihat serta
mengamati langsung bagaimana bentuklahan yang terbentuk dari proses Pelarutan, Struktural, Marin dan
Angin.
1.2
Tujuan Observasi
1.
Mata Ie
Tujuan Utama mengadakan observasi ke
gunung yang ada di daerah Mata Ie adalah:
1. Bentuklahan Bentukan Asal Proses
Denudasional Mahasiswa dapat melihat fenomena
fenomena alam secara langsung.
2. Tujuan selanjutnya untuk mengkaji lebih
dalam lagi tantang materi-materi yang telah di beri dengan cara memperkuatnya
dengan observasi ( praktik lapangan).
3. Dengan melakukan observasi kelapangan diharap
dapat lebih memahami teori-teori yang dipelajari sehingga dapat di aplikasikan
pada masyarakat.
4. Memperkenalkan kepada mahasiswa bagaimana
bentuk lahan kars.
5. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa
mengenai bagaimana proses
terbentuknya bentuk lahan karst.
2.
Babah Dua
Tujuan
utamanya adalah:
1. Mahasiswa
mengetahui jenis batuan yang ada Babah Dua.
2. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada
mahasiswa tentang bentuklahan asal struktural,
marin dan angin.
3. Mengajak
mahasiswa agar lebih mengenal dan melihat jelas bentuklahan-bentuklahan
tersebut.
4. Mahasiswa
mengetahui bagaimana cara menghitung kemiringan lereng, panjang lereng, dan batuan
kapur yang terdapat di babah dua.
1.3. Waktu Pelaksanaan
Hari : Senin
TanggaL : 01
Juni 2015
Jam :
10.00 WIB s/d selesai.
Tempat : Kawasan pegunungan Mata ie dan Babah
dua lampuukl, aceh besar.
1.4
Alat dan Bahan
1. Kayu ukuran 1 meter.
2. Botol berisi larutan HCL.
3. Kaca pembesar (lup).
4. Busur dan penggaris.
5. Meteran.
6. Pipet tetes.
7. Gunting.
8. Tali atau benang.
9. Alat tulis
1.5
Cara Kerja
1. Adapun cara kerja yang dilakukan di
kawasan pegunungan Mata ie yaitu dengan langsung melihat keadaan di sekitarnya
dan mendaki dengan lereng yang begitu terjal walaupun gagal menemukan doline,
namun bisa melihat gua yang terdapat di mata ie.
2. Adapun cara kerja dilakukan pada kawasan
Babah dua lampuuk adalah dengan meneteskan air raksa atau larutan Hcl ke
permukaan batuan yang ingin diteliti massa batuannya, yang juga bertujuan untuk
melihat kandungan batuan tersebut. Selain itu, dalam mengukur ketinggian lereng
dan gisik pantai yang dilakukan dari beberapa titik acuan dengan menggunakan
kayu, busur, penggaris, paku, meteran dan sebagainya, yaitu dengan menancapkan kayu pada beberapa titik yang
akan diteliti dan mengukur berapa kejauhan titik dari pinggir pantai, kemudian
menggantungkan tali pada kayu yang telah ditancapkan dan meletakkan busur
dibawah kayu untuk mengetahui berapa derajat ketinggian lereng didaerah pantai
tersebut.
BAB ll
LANDASAN TEORI
2.1 Mata
Ie
Mata Ie merupakan salah satu daerah yang
terdapat di kawasan Aceh Besar yang dikelilingi oleh pegunungan yang tingginya
dapat mencapai 300 meter. Salah satu bentuklahan yang dihasilkan oleh proses
geomorfologis yang terdapat di pegunungan Mata Ie adalah Bentuklahan Bentukan
Asal Proses Pelarutan.
Beberapa syarat untuk dapat berkembangnya
topografi karst sebagai akibat dari proses pelarutan, yakni sebagai berikut :
1. Terdapat batuan yang mudah larut (batu
gamping dan dolomit)
2. Batu gamping dengan kemurnian tinggi
3. Mempunyai lapisan batuan yang tebal
4. Terdapat banyak diaklas (retakan)
5. Pada daerah tropis basah
6. Vegetasi penutup yang lebat.
Bentangalam karst termasuk bentuk
bentangalam yang penting, dan banyak pula ditemukan di Indonesia. Bentuk ini
sangat erat berhubungan dengan batuan endapan yang mudah melarut. Oleh karena
itu dengan mengetahui bentuk bentangalamnya, pada umumnya orang dapat
mengetahui jenis batuannya, terutama juga oleh karena bentuk bentang alam karst
sangat karakteristik dan mempunyai tanda-tanda yang mudah dikenal baik di
lapangan, pada peta topografi maupun pada potret udara dan citra satelit.
Berdasarkan hasil pengamatan daerah Mata
Ie Banda Aceh merupakan bentuk lahan asal proses pelarutan dengan daerah
dataran tinggi sebagian besar dikelilingi oleh bukit bukit terjal dan masih
sangat asri dan jauh dari kebisingan kota. Mata Ie ini diperkirakan mempunyai
ketingiannya mencapai 300 m dari permukaan laut.perbukitan di daerah mata ie
terbentuk dari lipatan yang bersifat denudasional.
Maka dari sini dapat diambil kesimpulan
bahwa tidak menutup kemungkina dulunya Mata ie ini adalah lautan yang telah
terjadi proses pengankatan yang sangat siknifikan,karna sangat kecil
kemungkinan ada bataun kapur didaerah pengunungan yang tidak pernah diendapi
air laut. Namun proses pengankatan di Mata Ie ini sifatnya membangun Artinya
tidak ada kerugian dari proses pengangkatan ini.
2.2
. Babah Dua
Babah Dua merupakan salah satu daerah
pesisir yang terdapat di kawasan Lampuuk, Aceh Besar. Disini terdapat gunung
yang merupakan Bentuklahan Bentukan Asal Struktural yang memiliki tebing yang
curam dan bertekstur kasar. Tebing ini merupakan Bentuklahan Bentukan Asal
Marin dan di kawasan ini juga terdapat lereng atau gumuk pasir yang merupakan
Bentuklahan Bentukan Asal Proses Angin
Didaerah babah dua mempunyai batuan yang
sangat terjal dan diatas batuan yang sangat terjal tersebut dapat tumbuh
pohon-pohon karena batuan yang sudah lampuk menjadi tanah dari itu dapat lah
tumbuhan tumbuh di atas batuan tersebut.
Lahannya berbentuk marin,suktural atau
pun sesar dan batu yang jatuh dari atas kebawah dikatakan dengan terpal yang
bentuknya berwarna hitam yaitu kapur. Batuan yang ada di babah dua berbentuk
berlapis-lapis yaitu hasil dari pelapukan proses ini terjadi dari hasil
pengangkatan.
1. Bentuklahan Bentukan Asal Struktural.
Bentuklahan Bentukan Asal Struktural
terbentuk karena adanya proses endogen yang disebut proses tektonik atau
diastropisme. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak
bumi sehingga terbentuk struktur geologi yaitu lipatan dan patahan.
Bentuklahan ini dicirikan oleh adanya
perlapisan batuan yang mempunyai perbedaan ketahanan terhadap erosi. Akibat
adanya tenaga endogen tersebut maka terjadi deformasi sikap (attitude)
perlapisan batuan yang semula horizontal menjadikan miring atau bahkan tegak
dan membentuk lipatan. Penentuan nama suatu bentuk lahan struktural pada
dasarnya didasarkan pada sikap perlapisan batuan (dip dan strike). Bentuklahan
Bentukan Asal astruktural dapat juga terjadi akibat adanya tekanan dari lapisan
diatasnya yang tebal kearah vertikal (bawah) sehingga massa sedimen yang lemah
dan lunak dibawahnya tertekan.
2. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Marin.
Bentuklahan Bentukan Asal Proses Marin
merupakan bentuklahan yang diakibatkan oleh adanya kegiatan gelombang dan arus
laut yang membawa material sedimen laut dan diendapkan pada suatu mintakat yang
dipengaruhi oleh gelombang dan arus air laut.
Berbagai proses yang berlangsung di daerah
pesisir yang tenaganya berasal dari gelombang, ombak, arus, pasang surut,
tenaga tektonik dan menurunnya permukaan air laut sangat berpengaruh terhadap
medan dan karakteristik pesisir, serta mempengaruhi perkembangan wilayah
pesisir itu sendiri. Secara garis besar, perkembangan pesisir secara alami
dapat dibedakan menjadi dau macam, yaitu : pertambahan daratan dan penyusutan
daratan. Perbedaan utama kenampakan bentuk lahan ini pada suatu kondisi apakah
pantai berbatu, pantai penghalang, pantai berpasir, pantai berlumpur atau
lagun. Pada mintakat delta bentukan asal proses marin berhubungan erat dengan
bentuklahan bentukan proses fluvial.
3.
Bentuklahan Bentukan Asal Proses Angin.
Bentuk
lahan Bentukan Asal Proses Angin biasanya terjadi di daerah pesisir dan
gurun. Gerakan angin dapat membentuk bentuklahan yang spesifik bentuknya dan
berbeda dari bentuklahan hasil proses yang lainnya. Endapan oleh angin
terbentuk karena adanya pengikisan, pengangkutan dan pengendapan bahan-bahan
yang tidak kompak oleh angin. Bentuklahan yang dihasilkan oleh angin adalah
gumuk pasir atau lereng yang terdapat di daerah pinggir pantai. Gumuk pasir
adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir
cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri.
Bentuklahan Bentukan Asal Proses Angin dapat
berkembang dengan baik apabila persyaratan berikut terpenuhi:
a. Tersedia material berukuran pasir yang
halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak.
b. Adanya periode kering yang panjang dan
tegas.
c. Adanya angin yang mampu mengangkut dan
mengendapkan pasir.
d. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh
vegetasi maupun objek yang lain.
2.3. Hipotesis
1. Goa dimata ie yang disebut doline terbentuk dari hasil
pelarutan
2. Dan kita juga bisa mengetahui gua yang ada
di dalam gunung mata ie
3. Gunung di mata ie yaitu hasil
pengangkatan.
4. Batuan yang ada di babah dua mengadung
kapur
2.4 Metodologi Penelitian
Untuk mencapai semua tujuan dari
penelitian ini metode yang digunakan adalah metode visual, artinya mahasiswa
dapat melihat secara langsung objek-objek yang akan di pelajari. Bukan hanya
metode itu saja yang digunakan, kami juga menggunakan Alat-alat dan bahan-bahan
yang telah disediakan untuk manguji objek.
BAB lll
PEMBAHASAN
3.1
Hasil Observasi
A. Mata Ie
Dari hasil observasi yang dilakukan di
pegunungan mata Ie, bahwa pegunungan mata Ie merupakan bentuk lahan asal proses
pelarutan (karst) oleh air. Proses terjadinya bentuk karst lahan tersebut
karena adanya proses pengangkatan yang berupa sesaryang mengalami penurunan
atau di sebut dengan (Graben). Hal itu di buktikan karena adanya gua yang merupakan
dari hasil pengangkatan dan mengalami pelarutan.
B.
Babah Dua
Data kemiringan lereng, antara lain:
|
Titik
Penelitian
|
Hasil
Kemiringan
|
Arah
kemiringan lereng
|
|
Titik
pertama
|
95◦
- 90◦ = 5◦
|
Barat
|
|
Titik
kedua
|
104◦
- 90◦ = 14◦
|
Selatan
|
|
Titik
ketiga
|
114◦
- 90◦ = 24◦
|
Barat
|
|
Titik
keempat
|
75◦
- 90◦ = 15◦
|
Utara
|
Dari pengamatan yang dilakukan, ternyata
data yang di dapat berbeda-beda karena tergantung pada kemiringan lereng,ketika
dalam mengukur kemiringan lereng harus benar benar teliti agar mendapatkan
hasil yang jelas. Selain itu ciri-ciri dari kemiringan lereng tersebut berbeda
– beda, mulai dari terdapat partikel kecil, sedang atau besar, bergumpal atau
tidak, lembab atau kering dan teksturnya halus atau kasar. Hasil
kemiringan lereng yang mendapat nilai
tertinggi berarti landai, sedangkan mendapat nilai rendah tidak begitu landai.
Data panjang lereng, antara lain:
|
Titik
Penelitian
|
Hasil Panjang
Lereng
|
Arah Panjang
Lereng
|
|
Titik pertama
|
4,99 m
|
Barat
|
|
Titik kedua
|
2,51 m
|
Selatan
|
|
Titik ketiga
|
3,32 m
|
Barat
|
|
Titik keempat
|
6,22 m
|
Utara
|
Di dalam mengukur panjang lereng, harus
teliti agar mendapatkan hasil yang jelas, sehingga bisa di ambil suatu
kesimpulan mengenai kemiringan lereng dan panjang lereng yang saling
berhubungan satu sama lain.
Selain mengamati kemiringan lereng dan
dan panjang lereng, kami juga mengamati batuan yang terdapat di babah dua,
dapat disimpulkan bahwa batuan yang terdapat di babah dua tersebut adalah
batuan kapur, karena ketika tetesan larutan Hcl di larutkan ke batu tersebut,
batu tersebut berbuih yang menandakan bahwa batuan tersebut merupakan batu
kapur di buktikan karena ktika kami melarutkan tetesan H2O2 batuan tersebut
tidak bereaksi sama sekali, dan ketika di tetesi larutan Hcl batu tersebut
bereaksi dengan berbuih.
BAB IV
PENUTUP
41. KESIMPULAN
Adapun simpulan yang
dapat diambil dari laporan ini yaitu:
1. Dari observasi yang kami lakukan yang
dapat disumpulkan bahwa batuan yang ada di daerah Mata Ie dan Babah Dua
terbentuk dari hasil pengangkatan dan jenis batuan kapur.
2. Dari hasil yang diperoleh kami
menyimpulkan bahwa daerah Mata Ie itu merupakan hasil pengangkatan yang berupa
sesar yang mengalami penurunan atau di sebut dengan graben.
3. goa yang terdapat di Mata Ie merupakan
hasil pelarutan.
4. Bahwa batuan di babah dua mengandung kapur dan
ketinggian yang di milikinya juga berbeda beda ini terlihat dari hasil
pengukuran menggunakan meteran,dari hal itu kita tahu bahwa adanya
ketidaksamaan permukaan permukaan tanah dan lereng di babah dua tersebut.
5. Dari hasil yang diperoleh kami
menyimpulkan bahwa batuan yang ada di daerah Babah Dua terbentuk dari hasil
pengangkatan dan batuannya adalah batu kapur.
6. Bentuklahan Asal Proses Struktural,
Marin dan Angin dapat kita jumpai di kawasan Babah Dua. Bentuk lahannya berupa
gunung atau bukit, tebing yang curam dan gumuk pasir atau lereng.
7. Kemiringan lereng yang tersebar di
daerah Babah Dua sangat bervariasi, tergantung kuatnya hembusan angin dan
material pasir yang terbawa.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.
Hasmunir. 2010. Diktat Geomorfologi. Banda Aceh:Universitas Syiah Kuala.
Drs.
Hasmunir.2010. Diktat Geologi. Banda Aceh:Universitas Syiah Kuala.
Suharini,
erni, dkk.2007.Geografi Untuk SMA Kelas 1, Semarang: PT Bengawan Ilmu.
K.Wardiyatmoko.2006.Geografi
Untuk SMA Kelas 1, Jakarta:Erlangga.