LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN II (FISIK)
SABANG
Disusun Oleh:
Mita
Prancinitia
(1406101040009)
DOSEN
PEMBIMBING :
Drs Hasmunir
M.Si
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA
ACEH
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunianya, saya dapat
menyelesaikan laporan KKL 2 ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga berterima kasih pada Bapak Drs Hasmunir M.Si selaku dosen KKL
2 beserta beberapa dosen dan asisten yang memberikan bimbingan ketika pada saat
pengamatan berlangsung.
Saya sangat
berharap laporan ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kajian geografi fisik dengan
materi observasi yang telah diajarkan
dan juga bagaimana hubungan atau aplikasinya dalam dunia pendidikan yang
suatu saat bisa diajarkan kepada peseta didik maupun suatu saat ketika terjun
ke dunia kerja. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
Penyusun
Mita Prancinitia
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Metodologi Pengamatan............................................................................... 1
1.3 Tujuan Pengamatan....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Pengamatan.................................................................................... 2
1.5 Waktu dan Tempat Kegiatan........................................................................ 3
1.6 Alat dan Bahan............................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN................................................................................. 18
3.1 Sumur Tiga.......................................................................................... 18
3.2 Mata Ie................................................................................................ 21
3.3 Benteng Jepang................................................................................... 23
3.4 Anoi Hitam......................................................................................... 25
3.5 Jaboi.................................................................................................... 27
3.6 Danau Aneuk Laot............................................................................. 29
3.7 Bendungan Paya Seunara................................................................... 31
3.8 Pria Laot............................................................................................. 32
3.9 Kilometer Nol..................................................................................... 34
3.10 Iboih................................................................................................... 35
BAB IV PENUTUP............................................................................................ 38
4.1 Kesimpulan.................................................................................................. 38
4.2 Saran............................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 40
LAMPIRAN.............................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Geografi
merupakan cabang ilmu yang mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi di permukaan
bumi serta prosesnya. Fenomena yang terjadi tidaklah sama antara satu wilayah
dengan wilayah lainnya sehingga di dalam ilmu Geografi terdapat pendekatan,
prinsip, konsep, Objek studi, aspek, serta cabang ilmu lain dalam Geografi.
Kesemua hal tersebut tidak ada terdapat di
dalam ilmu lain dan mempermudah seorang geografer untuk mengkaji
fenomena-fenomena yang terjadi tersebut.
Dalam
ilmu geografi perlu memperhatikan dampak yang di timbulkan terhadap proses yang
terjadi di dalam objek yang di kajinya sehingga dapat meramalkan hal-hal apa
saja yang akan terjadi selanjutnya dan sebelumnya. Untuk mempermudah seseorang
paham terhadap ilmu geografi maka perlu mempraktekkan ilmu-ilmu yang di dapat
secara teori ke dunia nyata agar mengalami pemahaman secara mendalam terhadap
disiplin ilmu tersebut.
Praktek
yang dilakukan oleh seorang geografer tentu harus membandingkan terlebih dahulu
objek dari penelitiannya ke wilayah mana serta memiliki semua objek kajian
geografi yang cocok terhadap apa yang di pelajari secara teori. Sehingga dengan
menimbang dan memutuskan diwilayah mana praktek/observasi yang memiliki kesemua
fenomena yang di teliti akhirnya memilih pulau weh di karenakan pulau weh
banyak fenomenya-fenomena yang terjadi di sana untuk di jadikan tempat
praktek/observasi dan tergolong hampir lengkap.
1.2
Metodelogi
Pengamatan
Adapun Metode yang di lakukan
antara lain:
1.
Metode visual, mahasiswa dapat melihat secara
langsung objek-objek yang akan di diamati.
2.
Mahasiswa langsung terjun ke lapangan untuk
mengamati dan mencoba pengamatan terhadap kegiatan
3.
Mahasiswa mendengar penjelasan dan pengarahan dari
Dosen .
4.
Metode Pencatatan yaitu mahasiswa mencatat hasil
pengamatan dari hasil pengarahan dan penjelasan
5.
Metode wawancara. Diperlukan tanya jawab langsung
dengan masyarakat untuk memperoleh data yang lengkap tentang segala kegiatan
yang di lakukan oleh penduduk tersebut
6.
Dokumentasi. selesai pengamatan para mahasiswa
mengambil foto yang akan di lampirkan dalam laporan.
1.3 Tujuan Pengamatan
Adapun tujuan
yang ingin dicapai dalam kuliah kerja lapangan 2 di Sabang antara lain yaitu :
1.
Mahasiswa mengetahui bagaimana keadaan fisik di
sabang dan mampu mengamati berbagai hal, serta mampu menganalisis segala
fenomena alam yang terjadi yang terdapat di pulau Weh sabang dan dapat mengaitkan dengan beberapa mata
kuliah yang pernah dipelajari di bangku kuliah
2.
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang berbagai
teori yang telah dipelajari selama perkuliahan.
3.
Mahasiswa mampu mengaplikasikan berbagai pengetahuan
yang diperoleh.
1.4 Manfaat Pengamatan
Adapun manfaat dari observasi Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) yang berlangsung di Pulau Weh Sabang antara
lain:
1.
Mengetahui topografi daerah sabang secara umum.
2.
Mengimplementasikan teori-teori yang telah
dipelajari selama di bangku kuliah sehingga bisa didemontrasikan di lapangan.
3.
Mengetahui perbedaan flora dan fauna yang ada di sabang.
4.
Mengetahui fenomena alam yang terdapat di sabang.
5.
Mengetahui keadaan batuan di sabang.
6.
Mengetahui keadaan fisik wilayah Sabang.
7.
Dapat menyelesaikan syarat mata kuliah KKL II
1.5 Waktu dan Tempat Kegiatan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) II di sabang dilakukan selama dua hari yaitu
pada hari sabtu dan minggu dan dilakukan
di beberapa tempat dan jam yang berbeda-beda, yaitu:
1. Lokasi I
a.
Tempat : Pantai Sumur Tiga
b.
Waktu Pengamatan : Pukul 08.30 WIB
c.
Hari dan Tanggal : Sabtu, 3 Desember 2016
2. Lokasi II
a.
Tempat :
Mata Ie
b.
Waktu Pengamatan : Pukul
10.00 WIB
c.
Hari dan Tanggal : Sabtu, 3 Desember 2016
3. Lokasi III
a.
Tempat :
Benteng Jepang
b.
Waktu Pengamatan : Pukul
11.30 WIB
c.
Hari dan Tanggal : Sabtu, 3 Desember 2016
4. Lokasi IV
a.
Tempat :
Pantai Anoi Itam
b.
Waktu Pengamatan : Pukul 14.00
WIB
c.
Hari dan Tanggal :
Sabtu, Desember 2016
5. Lokasi V
a.
Tempat :
Gunung Berapi Jaboi
b.
Waktu Pengamatan : Pukul 16.30 WIB
c.
Hari dan Tanggal : Sabtu 3 Desember 2016
6. Lokasi VI
a.
Tempat : Danau Aneuk Laot
b.
Waktu Pengamatan : Pukul 09.00 WIB
c.
Hari dan Tanggal : Minggu 4 Desember 2016
7. Lokasi VII
a.
Tempat : Waduk Paya Seunara
b.
Waktu Pengamatan : Pukul 10.30
WIB
c.
Hari dan Tanggal : Minggu 4
Desember 2016
8. Lokasi VIII
a.
Tempat : Pria Laot
b.
Waktu Pengamatan : Pukul 12.00 WIB
c.
Hari dan Tanggal : Minggu 4
Desember 2016
9. Lokasi IX
a.
Tempat : KM 0
b.
Waktu Praktikum : Pukul 15.00
WIB
c.
Hari dan Tanggal : Minggu 4
Desember 2016
- Lokasi X
a.
Tempat : Iboh
b.
Waktu Praktikum : Pukul
16.30 WIB
c.
Hari dan Tanggal : Minggu 4
Desember 2016
1.6 Alat
dan Bahan
dan kegunaannya
1.
Kayu
meteran
2. Meteran
3. Unting-Unting
4. Tali
5. Palu
6. Gunting
7. H2O2
8. HCL
9. Kaca Pembesar
10. Termometer
11. Kertas lakmus warna
12. Timba
13. GPS
14. Masker
Kegunaan
alat dan bahan:
- GPS untuk mengetahui posisi pengamatan
- Altimeter untuk mengukur ketinggian suatu titik dari permukaan laut
- Temometer untuk mengetahui suhu udara dan suhu air
- Hidrometer untuk mengetahui kelembaban udara
- Kertas lakmus untuk mengetahui PH air
- H2O2 untuk megetahui bahan Organik
- HCL untuk mengetahui jenis batuan
- Pipet tetes untuk fungsinya untuk meneteskan cairan HCL dan O2 pada batuan dan tanah
- Masker untuk menutupi hidung agar terhindar dari bau – bau di tempat pengamatan
- Botol kaca untuk mengisi cairan HCL dan O2
- Sarung tangan untuk melindungi kulit dari cairan HCL dan H2O2 agar tidak terkena tangan dan melepuh.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Geologi
Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa
Yunani yaitu Geo yang artinya bumi dan Logos yang artinya ilmu, Jadi Geologi
adalah ilmu yang mempelajari bumi. Secara umum Geologi adalah ilmu yang
mempelajari planet Bumi, termasuk Komposisi, keterbentukan, dan sejarahnya.
Karena Bumi tersusun oleh batuan, pengetahuan mengenai komposisi, pembentukan,
dan sejarahnya merupakan hal utama dalam memahami sejarah bumi. Dengan kata
lain batuan merupakan objek utama yang dipelajari dalam geologi.
2.1.1 Cabang-cabang
ilmu geologi
Kajian geologi memiliki ruang lingkup yang
luas, di dalamnya terdapat kajian-kajian yang kemudian berkembang menjadi ilmu
yang berdiri sendiri walaupun sebenarnya ilmu-ilmu tersebut tidak dapat
dipisahkan dan saling menunjang satu sama lain. ilmu-ilmu tersebut yaitu :
- Mineralogi: yaitu ilmu yang mempelajari mineral, berupa pendeskripsian mineral yang meliputi warna, kilap, goresan, belahan, pecahan dan sifat lainnya.
- Petrologi: yaitu ilmu yang mempelajari batuan, di dalamnya termasuk deskripsi,klasifikasi dan originnya.
- Sedimentologi: yaitu ilmu yang mempelajari batuan sediment, meliputi deskripsi, klasifikasi dan proses pembentukan batuan sediment.
- Stratigrafi: yaitu ilmu tentang urut-urutan perlapisan batuan, pemeriannya dan proses pembentukannya.
- Geologi Struktur: adalah ilmu yang mempelajari arsitektur kerak bumi dan proses pembentukannya.
- Palentologi: yaitu ilmu yang mempelajari aspek kehidupan masa lalu yang berupa fosil. Paleontology berguna untuk penentuan umur dan geologi sejarah.
- Geomorfologi: yaitu ilmu yang mempelajari bentuk bentang alam dan proses pembentukan bentang alam tersebut. Ilmu ini berguna dalam menentukan struktur geologi dan batuan penyusun suatu daerah.
- Geologi Terapan: merupakan ilmu-ilmu yang dikembangkan dari geologi yang digunakan untuk kepentingan umat manusia, diantaranya Geologi Migas, Geologi Batubara, Geohidrologi, Geologi Teknik, Geofisika, Geothermal dan sebagainya.
2.1.2 Tenaga Pembentuk Geologi
(Endogen)
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari
dalam bumi yang bersifat membangun bentuk relief muka bumi. Tenaga ini meliputi
tektonisme, vulkanisme dan seisme.
- Tenaga Tektonisme merupakan tenaga dari dalam bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan letak lapisan permukaan bumi secara mendatar atau vertikal. Gerak tektonis dibagi atas dua: epirogenesa dan orogenesa.
- Tenaga Vulkanis dapat diartikan sebagai suatu gejala atau akibat adanya aktivitas magma dalam litosfer hingga keluar sampai ke permukaan bumi.Magma adalah materi silikat pijar yang ada di dalam lapisan kulit bumi. Macam magma berdasarkan susunan mineralnya adalah:
a.
Magma asam (granitis): magma yang banyak mengandung kuarsa (SiO3) dan
berwarna terang.
b.
Magma basa (basaltis): magma yang banyak mengandung besi dan magnesium
dan berwarna gelap.
c.
Magma pertengahan (andesit): magma yang mengandung kuarsa, besi, dan
magnesium seimbang dan berwarna kelabu gelap .
- Tenaga Seismis adalah getaran yang dapat dirasakan di permukaan bumi karena adanya gerakan, terutama dari dalam lapisan-lapisan bumi. Secara umum penyebab gempa bumi dapat dibagi tiga:
a.
Gempa tektonik, yakni disebabkan gerakan yang terjadi di dalam kulit bumi
secara tiba-tiba, baik berupa patahan maupun pergeseran.
b.
Gempa vulkanis, yakni disebabkan oleh letusan atua retakan yang terjadi
di dalam struktur gunung berapi. Gempa ini terjadi karena adanya magma atau
batuan meleleh yang menerobos ke arah kerak bumi. Terasa hanya di sekitar
gunung berapi, karena intensitasnya lemah hingga sedang.
c.
Gempa runtuhan atau terban, antara lain terjadi karena longsoran massa
batuan, misalnya dari lereng gunung. Intensitasnya sangat kecil.
2.2 Geomorfologi
Adalah ilmu yang mempelajari pembentukan permukaan bumi. Mempelajari
evolusi lereng, pembangunan daratan dan plateau, dan proses-proses terbentuknya
bukit pasir dan goa dan tebing (elemen-elemen fisik dari bentang daratan).
Pergerakan dari udara, es, gelombang air berkontribusi dalam pembentukan
bentang daratan. Secara luas, berhubungan dengan landform (bentuk lahan)
tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh
runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku organisme di tempat mereka hidup.
“Surface” (permukaan) jangan diartikan secara sempit; harus termasuk juga
bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface terutama di daerah
batu gamping sangat penting dimana sistem gua terbentuk dan merupakan bagian
yang integral dari geomorfologi.
Pengaruh dari erosi oleh: air, angin, dan es, ketinggian dan posisi
relatif terhadap air laut. Dapat dikatakan bahwa tiap daerah dengan iklim
tertentu juga memiliki karakteristik pemandangan sendiri sebagai hasil dari
erosi yang bekerja yang berbeda terhadap struktur geologi yang ada. Geomorfologi
mengutamakan pembelajaran mengenai bentuklahan, yaitu bentukan pada permukaan
bumi sebagai hasil perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses
geomorfologis yang bekerja di permukaan bumi.
Bentuklahan yang dihasilkan oleh proses - proses geomorfologis ada
beberapa macam, yaitu :
1.
Bentuklahan Bentukan Asal Volkanis
2.
Bentuklahan Bentukan Asal Struktural
3.
Bentuklahan Bentukan Asal Proses Fluvial
4.
Bentuklahan Bentukan Asal Proses Denudasional
5.
Bentuklahan Bentukan Asal Proses Marin
6.
Bentuklahan Bentukan Asal Proses Angin
7.
Bentuklahan Bentukan Asal Proses Pelarutan
8.
Bentuklahan Bentukan Asal Proses Glasial
9. Bentuklahan Bentukan Asal Aktivitas
Organisme
2.3 Topografi
Topografi adalah
perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya adalah
perbedaan kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk lereng, dan posisi lereng.
Topografi merupakan salah satu factor membentuk tanah. Topografi dalam proses
pembentukan tanah mempengaruhi:
a. Jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh massa tanah;
b. Dalamnya air tanah;
c. Besarnya erosi;
d. Arah gerakan air berikut bahan terlarut di dalamnya dari satu
tempat ke tempat lain (Hardjowigeno, 1993).
Hubungan antara lereng dengan sifat-sifat tanah tidak selalu sama
disemua tempat, hal ini disebabkan karena faktor-faktor pembentuk tanah yang
berbeda di setiap tempat. Keadaan topografi dipengaruhi oleh iklim terutama
oleh curah hujan dan temperatur (Salim, 1998).
Daerah yang memiliki curah hujan tinggi, menyebabkan pergerakan air
pada.suatu lereng menjadi tinggi pula sehingga dapat menghanyutkan
partikel-partikel tanah. Proses penghancuran dan transportasi oleh air akan
mengangkut berbagai partikel-partikel tanah, bahan organik, unsur hara, dan
bahan tanah lainnya. Keadaan tersebut disebabkan oleh energi tumbuk butir-butir
hujan, intensitas hujan, dan penggerusan oleh aliran air pada permukaan tanah
yang memberikan pengaruh dalam proses pembentukan dan perkembangan tanah.
2.4
Kemiringan Lereng
Kemiringan
lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen atau derajat. Dua titik
yang berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai selisih tinggi 10 meter
membentuk lereng 10 persen. Kecuraman lereng 100 persen sama dengan kecuraman
45 derajat. Selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curamnya
lereng juga memperbesar energi angkut air. Jika kemiringan lereng semakin
besar, maka jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan
butir hujan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan gaya berat yang semakin
besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizon tal,
sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin banyak. Jika lereng
permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi per satuan
luas menjadi 2,0-2,5 kali lebih banyak (Arsyad, 2000).
a.
Panjang Lereng
Panjang lereng
dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik di mana
air masuk ke dalam saluran sungai, atau di mana kemiringan lereng berkurang
sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di
permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti lebih
banyak air yang mengalir dan makin besar kecepatannya di bagian bawah lereng
dari pada di bagian atas (Arsyad, 2000).
b.
Bentuk Lereng
Bentuk lereng
merupakan wujud visual lereng pada suatu sekuen lereng. Lereng biasanya terdiri
dari bagian puncak (crest), cembung (convex), cekung (voncave), dan kaki lereng
(lower slope). Daerah puncak (crest) merupakan daerah gerusan erosi yang paling
tinggi dibandingkan dengan daerah dibawahnya, demikian pula lereng tengah yang
kadang cembung atau cekung mendapat gerusan aliran permukaan relatif lebih
besar dari puncaknya sendiri, sedangkan kaki lereng merupakan daerah endapan
(Salim, 1998).
c. Posisi Lereng
Posisi lereng
terdiri dari puncak lereng, lereng atas, lereng tengah, lereng bawah, dan kaki
lereng. Pergerakan air secara vertikal akan melarutkan bahanbahan tanah dan
mengakibatkan bahan-bahan tanah menurun serta terakumulasi dilereng bawah.
Posisi lereng turut mempengaruhi besar aliran permukaan. Air yang mengalir di
permukaan tanah akan terkumpul di bagian bawah lereng, dengan demikian berarti
lebih banyak air yang mengalir dan makin besar kecepatannya di bagian bawah
lereng.
Sumber : Pedoman Penyusunan Pola
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986.
2.5 Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat pada daerah
yang sempit. Sifat cuaca ini meliputi antara lain:
- Mudah berubah
- Waktunya terbatas
- Meliputi wilayah yang sempit
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata pada daerah yang
luas dan dalam waktu yang lama. Sifat cuaca ini meliputi antara lain:
- Relatif tetap
- Berlaku untuk waktu yang lama
- Meliputi daerah yang luas
Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim antara lain:
- Letak garis lintang
- Letak tinggi suatu tempat
- Pengaruh daratan yang luas
- Lokasi :dekat laut, dekat danau, dan daerah padang pasir
- Daerah pegunungan yang dapat mempengaruhi posisi bayangan hujan
- Suhu udara dan awan
- Kelembaban udara dan awan
- Banyak sedikitnya curah hujan
- Pengaruh arus laut
- Panjang pendeknya musim
- Pengaruh topografi dan vegetasi
2.6 Geografi Tanah
Geografi tanah mempelajari pola-pola spasial tanah,
distribusi, dan hubungannya dengan iklim, vegetasi, dan manusia. Tanah adalah
lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh &
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara; secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa
organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca,
Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat
biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman,yang ketiganya secara
integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan
produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,industri perkebunan, maupun
kehutanan.
Definisi tanah secara mendasar dikelompokkan dalam
tiga definisi, yaitu:
- Berdasarkan pandangan ahli geologi: Tanah didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).
- Berdasarkan pandangan ahli ilmu alam murni: Tanah didefinisikan sebagai bahan padat (baik berupa mineral maupun organik) yang terletak di permukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: bahan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu.
- Berdasarkan pandangan ilmu pertanian: Menurut Ahli Pertanian (berdasarkan pendekatan Edaphologi) Tanah didefinisikan sebagai media tempat tumbuh tanaman.
Tanah sebagai benda alam mempunyai sifat-sifat yang
bervariasi. Sifat tanah yang berbeda-beda pada berbagai tempat mencerminkan
pengaruh dari berbagai faktor pembentuknya di alam. Tanah dipandang sebagai
alat produksi pertanian, karena tanah berfungsi sebagai media tumbuhnya
tanaman. Produktivitas tanaman pertanian yang diusahakan banyak ditentukan oleh
sifat-sifat tanah yang bersangkutan, baik sifat fisika tanah, kimiawi tanah,
maupun biologi tanah yang bersangkutan. Sebagai media tumbuhnya tanaman tanah
mampu berperan sebagai:
1. Tempat berdirinya tanaman.
2. Tempat menyediakan unsur-unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman.
3. Tempat menyediakan air yang dibutuhkan oleh
tanaman.
4. Tempat menyediakan udara bagi pernafasan akar
tanaman
2.6.1 Bahan Penyusun Tanah
Tanah bukan merupakan timbunan bahan padat yang mati
dan statis, melainkan merupakan suatu proses yang dinamis dan hidup yang
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Setiap tanah tersusun dari bahan
mineral, bahan organik, air tanah. Bahan mineral berasal dari hasil pelapukan
batuan, sedangkan bahan organik berasal dari hasil penguraian organisme yang
mati. Di dalam tanah selalu terjadi proses destruktif dan konstruktif. Proses
destruktif adalah penguraian bahan mineral dan bahan organik. Sedangkan proses
konstruktif adalah proses penyusunan kembali hasil penguraian bahan mineral dan
bahan organik menjadi senyawa baru.
Adanya keempat komponen tanah tersebut, serta adanya
dinamika di dalamnya, menyebabkan tanah mampu berperan sebagai media tumbuhnya
tanaman. Perbandingan komponen-komponen tanah pada setiap tempat tergantung
pada jenis tanah, lapisan tanah, pengaruh cuaca dan iklim serta campur tangan
manusia.
2.6.2 Persebaran Jenis Janah dan Pemanfaatannya
Jenis-jenis tanah di Indonesia itu memiliki
karakteristik tersendiri, (Enoh. 1994) sesuai dengan bahan induknya.
- Litosol, yaitu tanah yang baru mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangan tanah. Berasal dari batuan-batuan konglomerat dan granit, kesuburannya cukup, dan cocok dimanfaatkan untuk jenis tanmana hutan. Penyebarannya di : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan Sumatera.
- Latosol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna tanah tergantung susunan bahan induknya dan keadaan iklim. Latosol merah berasal dari vulkan intermedier, tanah ini subur, dan dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan. Penyebarannya di seluruh Indonesia, kecuali di Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.
- Aluvial ialah tanah muda yang berasal dari hasil pengendapan. Sifatnya tergantung dari asalnya yang dibawa oleh sungai. Tanah aluvial yang berasal dari gunung api umumnya subur karena banyak mengandung mineral. Tanah ini sangat cocok untuk persawahan. Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai seperti misalnya, di Kerawang, Indramayu, Delta Brantas.
- Regosol, belum jelas menampakkan pemisahan horisonnya. Tanah regosol terdiri dari: regosol abu vulkanik, bukit pasir, batuan sedimen, tanah ini cukup subur. Jenis tanah latosol terdiri dari ; latosol merah kuning, cokelat kemerahan, cokelat, cokelat kekuningan. Tanah ini cocok dimanfaatkan untuk pertanian padi, palawija, kelapa, dan tebu. Penyebarannya di sekitar lereng gunung-gunung berapi.
- Grumusol atau Margalit, terdiri dari beberapa macam; grumusol pada batu kapur, grumusol pada sedimen tuff, grumusol pada lembah-lembah kaki pegunungan, grumusol endapan aluvial. Kesuburan cukup. dimanfaatkan untuk pertanian padi, dan tebu. Penyebarannya di Madura, Gunung Kidul, Jawa Timur dan Nusa Tenggara.
- Organosol, mengandung paling banyak bahan organik, tidak mengalami perkembangan profil, disebut juga tanah gambut. Bahan organik ini terdiri atas akumulasi sisa-sisa vegetasi yang telah mengalami humifikasi, tetapi belum mengalami mineralisasi. Tanah ini kurang subur. Tanah ini belum dimanfaatkan, tetapi dapat dimanfaatkan untuk persawahan. Penyebarannya di Sumatera.
2.7 Vulkanisme
Vulkanisme merupakan
proses keluarnya magma ke permukaan bumi. Keluarnya magma ke permukaan bumi
umumnya melalui retakan batuan, patahan, dan pipa kepundan pada gunung api.
Jika magma yang berusaha keluar tidak mencapai permukaan bumi, proses ini
disebut intrusi magma. Jika magma sampai di permukaan bumi, proses ini disebut
ekstrusi magma. Magma yang sudah keluar ke permukaan bumi disebut lava.
Jenis-jenis gunung
api
- Gunung api perisai, bentuknya seperti perisai, lerengnya sangat landai, terbentuk karena erupsi efusif magma cair dan encer yang mengalir dan membeku secara lambat yang bentuknya seperti perisai
- Gunug api maar, bentuknya seperti trapesium, terbentuk karena erupsi eksplosif yang tidak terlalu kuat dengan letusan hanya sekali sehingga terbentuklah lubang besar (kawah/maar)
- Gunung api strato, bentuknya seperti kerucut dan berlapis, terbentuk karena erupsi efusif dan eksplosif dengan beberapa kali letusan yang kuat.
2.8 Erosi
Batuan yang telah lapuk secara
berangsur-angsur akan dikikis dan dipindahkan ke tempat lain oleh tenaga eksogen. Proses
pengikisan dan pengangkutan material hasil lapukan itulah yang disebut erosi.
a. Erosi Air
Erosi air disebabkan oleh aliran air
permukaan yang berasal dari air hujan yang menghanyutkan partikel-partikel
tanah dan hancuran batuan. Faktor-faktor yang memengaruhi kekuatan erosi air.
b. Erosi Angin
Erosi angin biasa terjadi di gurun pasir
dan di daerah kering. Deflasi merupakan proses erosi yang disebabkan oleh
angin. Angin dengan kecepatan tinggi mengikis batuan dan membawanya ke daerah
yang kecepatan anginnya rendah.
c. Erosi Gletser
Gletser adalah salju yang meluncur
mengikuti lereng-lereng bukit. Eksarasi merupakan proses erosi yang disebabkan
gletser. Di daerah yang bersalju, sewaktu salju turun, butiran salju bersatu
dengan tanah dan menyusup melalui pori-pori tanah. Ketika musim panas, salju
mencair dan mengalir dengan membawa material hasil erosi.
2.9
Vegetasi
Vegetasi di
definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam landscape dan vegetasi
alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam landscape yang belum
dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Vegetasi merupakan suatu
pengelompokan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama di dalam suatu tempat
tertentu yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya,
maupun oleh kombinasi dari struktur dan fungsi sifat-sifatnya yang
mengkarekterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fisiognomi.
Vegetasi merupakan suatu kumpulan
tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari beberapa jenis (biasanya) berinteraksi satu
dengan yang lainnya. Misalnya, vegetasi hutan dibentuk oleh individu tumbuhan
yang beraneka ragam dan memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu.
Setiap tipe
vegetasi dicirikan oleh setiap penampangan luar tumbuhan dominannya.
Berdasarkan kebutuhan tumbuh-tumbuhan akan cahaya matahari berkaitan pula
dengan energi dan suhu udara yang ditimbulkannya. Terdapat 4 kelompok vegetasi
yang dipengaruhi oleh suhu lingkungan di habitatnya, yaitu kelompok vegetasi
atau tumbuhan megatermal (tumbuhan menyukai habitat bersuhu panas sepanjang
tahun, misalnya tumbuhan daerah tropis), mesotermal (tumbuhan yang menyukai
lingkungan yang tidak bersuhu terlalu panas atau terlalu dingin), mikrotermal
(tumbuhan yang menyukai habitat bersuhu rendah atau dingin, misalnya tumbuhan
dataran tinggi atau habitat subtropis) dan hekistotermal yaitu tumbuhan yang
terdapat di daerah kutub atau alpin.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Lokasi I Sumur Tiga
Gambar Sumur 3
Tabel Hasil Pengamatan Kondisi Sumur
|
No
|
Aspek Pengamatan
|
Hasil Pengamatan
|
|
1
|
Suhu air sumur
|
28°C
|
|
2
|
Suhu udara
|
28,3°C
|
|
3
|
Kelembaban
|
90%
|
|
4
|
Tinggi muka sumur
|
56 cm
|
|
5
|
Diameter
|
127 cm
|
|
6
|
Bibir sumur
|
10 cm
|
|
7
|
Warna air sumur
|
Bening
|
|
8
|
Rasa air sumur
|
Tawar
|
Tabel Hasil Pengamatan Kondisi Pantai
|
No
|
Aspek Pengamatan
|
Hasil Pengamatan
|
|
1
|
Posisi ( Koordinat)
|
5° 23’ 25,3 ” LU & 95° 20’29,2’’ BT
|
|
2
|
Ketinggian Posisi
|
14 mpdl
|
|
3
|
Kemiringan lereng ( 3 Posisi Pengukuran)
|
1. 90-77= 12° ( Landai)
2. 90-73= 17° ( Bergelombang)
3. 90-74= 16° ( Bergelombang )
|
|
4
|
Vegetasi
|
Kelapa, semak belukar dan berbagai jenis pohon
|
|
5
|
Suhu air laut
|
29°C
|
|
6
|
Warna pasir
|
Putih dan hitam
|
|
7
|
Tekstur
|
Kasar
|
|
8
|
Rasa air
|
Asin
|
|
9
|
Batuan
|
Mengandung kapur
|
|
10
|
Tanah
|
Mengandung bahan organik
|
|
11
|
Permeabilitas
|
Menyerap cepat
|
|
12
|
Kelembaban udara
|
85-90%
|
|
13
|
Geomorfologi
|
Bentuk lahan asal proses marin
|
|
14
|
Geologi
|
Adanya
tambrakan antar lempeng menyebabkan patahan serta adanya proses pengangkatan
(sesar)
|
Berdasarkan hasil pengukuran diatas maka dapat
disimpulkan bahwa daerah disumur tiga dulunya mengalami patahan sehingga akibat
adanya patahan tersebut terbentuk topografi yang terjal dan lama kelamaan
terjadi erosi dan menyebabkan dibawahnya ada batuan besar. Salah satu sumur
yang terdapat di daerah tersebut airnya tawar disebabkan sumur yang digali
lebih tinggi dari permukaan laut. Batuan yang terdapat di sumur tiga ketika di
teliti menggunakan HCL berbuih dan dapat disimpulkan bahwa batuannya mengandung
kapur dan tanah yang terdapat di sumur tiga ketika di teliti menggunakan H2O2
berbuih dan dapat disimpulkan bahwa batuannya mengandung bahan organik.
Berdasarkan
hasil pengukuran yang telah dilakukan didapatkan data bahwa Sumur ini memiliki
air yang tawar yang sangat baik untuk dikonsumsi. Daerah sumur tiga merupakan
daerah yang berbukit-bukit dengan ketinggian berkisar 50-100 meter dari
permukaan laut sehingga air hujan yang jatuh akan terus mengalir ke laut. Sumur
yang terletak di pinggir pantai sangatlah strategis karena pada kawasan inilah
air hasil perkolasi dari kawasan tadah hujan wilayah sumur tiga berkumpul.
Air
sumur tawar karena letak sumur yang lebih tinggi daripada pantai sehingga tidak
memungkinkan terjadinya instrusi air laut. Konstruksi sumur yang tebal dan
kokoh juga menjadi penghalang terjadinya instrusi air laut. Kawasan ini pada
saat itu mempunyai kelembaban udara sebesar 85% yang berarti penguapan pada
saat itu tinggi.
Gambar. Sumur
yang diamati
Gambar.
Pgamatan batuan dan t
Gambar. menggunakan larutan HCL dan H2O2
Gambar.
Gambar. Vegetasi di sumur tiga
3.2 Lokasi II Mata Ie Meule
Gambar. Mata Ie
meule
Tabel Hasil
Pengamatan Kondisi Mata Ie meule
|
No
|
Aspek
Pengamatan
|
Hasil
Pengamatan
|
|
1
|
Suhu air
|
28°C
|
|
2
|
Struktur tanah
|
Lempung Berpasir
|
|
3
|
Permeabilitas
|
Kurang menyerap air
|
|
4
|
Warna tanah
|
Hitam kecoklatan
|
|
5
|
Vegetasi
|
Kelapa, pohon pinang, talas, semak belukar
dan pepohonan lebat
|
|
6
|
Warna air
|
Keruh
|
|
7
|
Rasa air
|
Tawar
|
|
8
|
Batuan
|
Mengandung kapur
|
|
9
|
Tanah
|
Mengandung bahan organik
|
|
10
|
Kemiringan lereng
(3 Posisi Pengukuran)
|
1. 90-62= 28° (Bergelombang)
2. 90-58= 32° (terjal)
3. 90-61= 29° (Bergelombang)
|
|
11
|
Posisi
|
5° 51’ 50 ” LU &
95° 21’13’’ BT
|
|
12
|
Tekstur tanah
|
Halus
|
|
13
|
Suhu udara
|
28°C
|
|
14
|
Kelembaban udara
|
93%
|
|
15
|
Ketinggian
|
13 mdpl
|
|
16
|
PH tanah
|
7 (Netral)
|
|
17
|
PH air
|
7 (Netral)
|
|
18
|
Geomorfologi
|
Bentuk lahan asal proses karst dan
denudasional
|
|
19
|
Geologi
|
Dulunya kawasan mata ie berupa laut, karena
adanya batuan yang mengandung kapur, serta adanya lipatan
|
Mata
Ie merupakan sebuah kawasan sumber air bersih yang berasal dari perbukitan.
Airnya yang jernih mengalir dari celah-celah batuan dan menjadi sumber air
bersih utama bagi masyarakat di sekitar Mata Ie. Mata Ie secara astronomis
terletak pada 5° 51’ 50 ” LU dan 95° 21’13’’ BT . Masyarakat menggunakan air
tersebut sebagai kebutuhan sehari-hari seperti untuk memasak, mencuci, mandi,
kakus, dan lain sebagainya.
Jenis batuan yang terdapat di kawasan Mata Ie
merupakan jenis batuan kapur. Tanahnya merupakan hasil pelapukan batuan kapur
sehingga membentuk tanah organik yang subur. Vegetasi yang terdapat pada
wilayah ini yaitu jambu air, kelapa, aren, melinjo, keladi. Tumbuhan ganggang
(alga) ini juga hidup di kolam-kolam atau tempat yang ada air, tumbuhan ini
berwarna hijau, tumbuhnya berbentuk benang yang berbentuk seperti akar serabut.
Tumbuhan lumut juga hidup di sekitar ini, karena tempatnya lembab dan
terlindungi dari cahaya matahari, lumut ini namanya lumut kerak biasanya hidup
di atas batuan yang terdapat di Mata Ie, dari hasil pelapukan tumbuhan lumut
kerak ini maka tumbuhlah lumut hati dan paku-pakuan. Tumbuhan alga dan lumut
ini tidak mempunyai daun batang dan akar tumbuhan lumut termasuk ke dalam
golongan perintis.
Gambar.
Pengukuran suhu menggunakan termometer
Gambar.
Vegetasi yang ada di Mata ie
meule
3.3 Lokasi III Benteng Jepang
Gambar. Benteng Jepang
Tabel
Hasil Pengamatan Kondisi Benteng Jepang
|
No
|
Aspek Pengamatan
|
Hasil Pengamatan
|
|
1
|
Kelembaban udara
|
95%
|
|
2
|
Suhu udara
|
28°C
|
|
3
|
Batuan
|
Mengandung kapur
|
|
4
|
Tanah
|
Mengandung bahan organik
|
|
5
|
Struktur tanah
|
Lempung berpasir
|
|
6
|
Tekstur tanah
|
Kasar
|
|
7
|
Permeabilitas
|
Sedikit menyerap air
|
|
8
|
Warna tanah
|
Abu- kehitaman
|
|
9
|
Arah lereng
|
Timur laut
|
|
10
|
Kemiringan lereng
|
1. 90-62= 28° (Bergelombang)
2. 90-58= 32° (terjal)
3. 90-61= 29° (Bergelombang)
|
|
11
|
Ketinggian tempat
|
22 mdpl
|
|
12
|
Posisi
|
5° 50’ 49,5” LU &
95° 22’ 25,5’’ BT
|
|
13
|
PH tanah
|
7 (Netral)
|
|
14
|
Vegetasi
|
Kelapa, pinus, rumput
|
|
15
|
Geomorfologi
|
Bentuk lahan asal proses srtuktural
|
|
16
|
Geologi
|
Adanya proses pengangkatan (sesar)
|
Benteng ini terletak di atas bukit dekat
pantai berkarang dengan wilayah yang cukup terjal karena memiliki ketinggian 22
mdpl. Kelembaban di kawasan ini cukup tinggi, uap air naik ke udara karena
dipanaskan oleh cahaya matahari. Tempat ini menjadi salah satu objek wisata
yang dapat dikunjungi oleh turis. Tantangan menuju Benteng yaitu menaiki anak
tangga yang cukup banyak dan tinggi. Vegetasi yang terdapat diwilayah ini yaitu
kuda-kuda, kelapa, ketapang, rumput. Benteng ini dibuat untuk memantau
kapal-kapal asing yang masuk ke wilayah laut Aceh. Dari atas benteng kita dapat
melihat pemandangan laut yang sangat indah dan kita dapat melihat teluk sabang,
selat malaka, dan lautan pasifik.
Benteng jepang dibangun sekitar tahun
1940 sampai 1945 tahun silam. Letak benteng yang strategis memudahkan orang
jepang memantau pergerakan musuh dari laut maupun dari udara. Di benteng
terdapat meriam dengan kekuatan tembak sejauh ± 2 km. Benteng tersebut berada
di ujung laut yang mengarah ke selat malaka. Berikut beberapa gambar hasil
pengamatan dan pengukuran.
Gambar- gambar
hasil pengukuran dan pengamatan
di sana antara lain sebgai berikut :
Gambar.
Pengukuran kemiringan lereng \
Gambar. Pengujian bahan organik tanah
dan batu
3.4 Lokasi IV Anoi Itam
Tabel Hasil
Pengamatan Kondisi Anoi Hitam
|
No
|
Aspek Pengamatan
|
Hasil Pengamatan
|
|
1
|
Suhu udara
|
25°C
|
|
2
|
Kelembaban
|
90%
|
|
3
|
PH air laut
|
8
|
|
|
Suhu air laut
|
28°C
|
|
|
Warna pasir
|
Hitam
|
|
|
Vegetasi
|
Kelapa. Pohon
cemara dan semak belukar , pohon keutapang, dan Pandan berduri.
|
|
|
Posisi
|
5° 50’ 49,5”
LU & 95° 22’ 25,5’’ BT
|
|
|
Ketinggian
|
2 mdpl
|
|
|
Kemiringan
lereng
|
1. 90-79= 11°
(Landai)
2. 90-58= 32°
(landai)
3. 90-61= 29°
(landai)
|
|
|
Arah lereng
|
Timur laut
|
|
|
Permeabilitas
|
Menyerap air
dengan cepat
|
|
|
Pasir
|
Tidak
mengandung bahan organic
|
|
|
Batuan
|
Mengandung
kapur
|
|
|
Geomorfologi
|
Bentuk lahan
asal proses marin
|
|
|
Geologi
|
Proses patahan
dan pengangkatan
|
Nama anoi itam berasal
dari warna pasir di pantai yang memiliki warna hitam dan mengkilap. Pasir
tersebut berasal dari vulkanisme yang berada di dekat daerah tersebut kemudian
diendapkan dipantai. Pasir tersebut memiliki kandungan besi yang tinggi dan
suatu saat terjadi penambangan pasir tersebut. Di sekitar pantai banyak
terdapat vegetasi khas seperti kelapa, kuda-kuda, pohon cemara, pohon keutapang, dan pandan
berduri.
3.5 Lokasi V Gunung Vulkanik Jaboi
Gunung
api Jaboi terletak di Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang Pulau Weh. Gunung ini
merupakan potensi panas
bumi yang dapat digunakan sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTPB). Gunung Jaboi ini masih terlihat asri dan menarik untuk dikunjungi.
Ratusan kawahnya masih mengeluarkan panas belerang yang dapat dipergunakan
sebagai obat penyakit kulit.
Kawasan ini merupakan
kawasan pegunungan api aktif tipe C sehingga tidak perlu adanya pengawasan.
Suhu udara di atas gunung dekat dengan kawah terasa sangat hangat karena uap
gas yang dibawa oleh angin secara terus-menerus. Area yang dekat dengan kawah
terlihat tandus, batang pepohonan berubah warna menjadi kekuningan hingga
putih. Hal ini dikarenakan terkena uap panas yang terus menerus.
Daerah ini rentan sekali
terhadap kebakaran, sehingga kerap sekali kita dengar adanya kebakaran di
Gunung Jaboi. Diperkirakan lapisan magma pada dapur magma telah mengeras dan
masih sangat panas. Lapisan inilah yang terus memanasi lapisan di atasnya yang
berupa belerang sehingga terbentuklah kawah belerang yang berupa lubang-lubang
yang muncul di permukaan tanah. Lubang-lubang tersebut memancarkan uap panas
yang sangat bau dan berasap, bau itu muncul karena pemanasan unsur
belerang.
Lokasi
wisata yang masih jauh dari kelengkapan suatu tempat wisata ini ternyata cukup
diminati pula oleh banyak kalangan. Pendatang tidak hanya dari kota Banda Aceh,
yang rela melintas laut sejauh sekitar 30 km dari pelabuhan Ule Lheu ke
Balohan, tetapi juga menjadi salah satu tujuan turis mancanegara. Beberapa
penikmat lokasi alam yang berkunjung terlihat dari berbagai kalangan, termasuk
mahasiswa untuk berbagai keperluan.
|
No
|
Aspek
Pengamatan
|
Hasil
pengamatan
|
|
|
Suhu kawah
|
81°C
|
|
|
Ketinggian
|
103 mdpl
|
|
|
Vegetasi
|
Hutan lebat di
sekitar kawah
|
|
|
Batuan
|
Tidak
mengandung kapur
|
|
|
Tanah
|
Mengandung
bahan organik
|
|
|
Geologi
|
Aktivitas
gunung berapi masih aktif
|
|
|
Kemiringan
lereng
|
1. 90-79= 11°
(Landai)
2. 90-58= 32°
(landai)
3. 90-61= 29°
(landai)
|
|
|
Unsur kimia
|
Kandungan
belerang sangat tinggi
|
|
|
Jenis batuan
|
Batuan beku
|
|
|
Posisi
|
5° 47’ 56,9”
LU & 95° 19’ 37,8’’ BT
|
Mayarakat
sekitar menyebutkan gunung tersebut yaitu gunung leumo mate karena dulu ada
lembu masyarakat yang mencari makan di sana
mati mungkin karena terhisap gas belerang dan suhu pada waktu itu panas. Gunung
vulkanik jaboi merupakan salah satu
gunung api aktif di aceh tipe c. Namun gunung tersebut hanya berbentuk kawah
dan telah terjadi erosi dan mengakibatkan kawah semakin besar dan mengeluarkan
bau belerang. Gunung tersebut direncakan oleh pemerintah akan dibuat PLPB untuk
mencukupi listrik di Sabang dan Banda Aceh.
Beberapa
vegetasi di sana ada yang mati karena suhu sewaktu-waktu dapat naik dan
menyebakan vegetasi ada yang mati. Di bawah gunung tersebut terdapat magma dan
menyebabkan keluarnya belerang baik dalam
bentuk gas maupun padat.
Gambar.
Pengukuran suhu lubang belerang mengunakan termometer.
3.6 Lokasi VI Danau Aneuk Laot.
Gambar: Danau Aneuk
Laot
Tabel Hasil Pengamatan Kondisi Danau Aneuk Laot
|
Keterangan
|
Hasil Pengamatan
|
|
Posisi
|
5° 52’ 24,4” LU & 95° 19’ 33,6’’ BT
|
|
Suhu air
|
28°C
|
|
Proses Geologi
|
Tekto-Vulkanik
|
|
Proses Geomorfologi
|
Lipatan dengan dikelilingi pengunungan
|
|
pH air
|
7 (netral)
|
|
Warna air
|
Berkeruh dan bau.
|
|
Kemiringan lereng
|
12o (Landai)
|
|
Suhu udara
|
27o C
|
|
Kelembaban udara
|
85%
|
|
Ph tanah
|
6 (asam)
|
|
Ketinggian
|
37 mdpl
|
|
Vegetasi
|
Kelapa, bamboo, mangga, pohon cemara,
pohon pinang dan semak belukar
|
Danau Aneuk Laot yang
disebut juga Danau Air Tawar terletak di Kecamatan Aneuk laot, Kota Sabang,
Nangroe Aceh Darussalam. Dalam bahasa Aceh aneuk laot berarti anak laut. Nama
Danau Anaeuk Laot diberikan karena Kota Sabang yang di kelilingi laut tapi
danau ini selalu mencukupi kebutuhan air bersih untuk masyarakat.
Seperti wisata alam lainnya, objek ini
menyuguhkan panorama alam yang sangat menakjubkan. Jika ingin berkunjung di
siang hari tidak perlu khawatir panas, udara di tempat ini sangatlah sejuk dan
cocok untuk tempat berteduh.
Danau
Aneuk Laot ini berada tepat ditengah-tengah Kota Sabang yang merupakan
sumber mata air bagi seluruh penduduk sekitarPulau Weh. Tempat wisata ini
menyajikan panorama alam yang indah dengan latar belakang Pantai Sabang.
Namun sayangnya, setelah terjadinya bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh
pada 2004 lalu, warga sekitar mengatakan jika air di Danau Aneuk
Laot mengalami penurunan. Di sekitar danau masih terdapat vegetasi untuk
tangkapan hujan. Di sekitar danau terdapat eceng gondok namun dikawatirkan
dapat menyebabkan pendangkalan danau.
3.7 Lokasi VII Bendungan Paya Seunara
Gambar: Bendungan Paya Seunara
Hasil pengamatan
Paya Seunara:
|
Keterangan
|
Hasil Pengamatan
|
|
Posisi
|
5° 50’ 39,1” LU &
95° 19’ 17,8’’ BT
|
|
Suhu udara
|
29o
C
|
|
Proses
Geologi
|
Berupa lipatan
|
|
Proses
Geomorfologi
|
Berupa lembah dikelilingi oleh rawa
|
|
pH air
|
6 ( asam)
|
|
Kemiringan
lereng
|
1. 90-82= 8° (Landai)
2. 90-68= 22° (Bergelombang)
3. 90-61=
29° (Bergelombang)
|
|
Suhu air
|
28o
C
|
|
pH tanah
|
7 (netral)
|
|
Jenis
batuan
|
Batuan
granit, batuan vulkanik, batuan sungai, dan batuan gamping.
|
|
Vegetasi
|
Kangkung, putri malu, ilalang,enceng gondok, rumput
gajah, pohon pisang, kelapa, dll
|
Bendungan ini terletak
di desa paya seunara, kecamatan sukakarya. tersebut di bangun untuk menampung
air agar dapat dimanfaatkan sebagai tempat berlabuhnya kapal barang nantinya
namun proyek tersebut belum sepenuhnya jalan karena memerlukan biaya yang
sangat besar. Bendungan tersebut dapat menampung air hingga jutaan kubik air.
Waduk ini
merupakan bendungan air untuk keperluan pelabuhan bebas Sabang, perkebunan dan
kebutuhan masyarakat sekitar. Tidak terdapat tanggung disekeliling tanggul
terutama di dekat pemukiman penduduk, seandainya air penuh di dalam waduk maka
dapat dipastikan rumah warga akan kebanjiran. Tanggul hanya terdapat di sebelah
bendungan namun sudah sangat bagus dengan dilapisi karet dan batuan.
.
Gambar.
Vegetasi
3.8 Lokasi VIII Pria
Laot
|
Keterangan
|
Hasil Pengamatan
|
|
Koordinat
|
5° 50’
33,7” LU & 95° 17’ 8,8’’ BT
|
|
Suhu udara
|
39o
C
|
|
Proses Geologi
|
Vukanik
|
|
Proses Geomorfologi
|
Pengangkatan
|
|
Suhu lumpur semburan
|
92°C
|
|
Kemiringan lereng
|
1. 90-82=
5° (datar)
2. 90-68=
15° (Landai)
3. 90-81= 9°
(landai)
|
|
Warna tanah
|
Coklat
kekuning-kuningan
|
|
Kelembaban
|
78%
|
|
Batuan
|
Tidak mengandung kapur
|
|
Vegetasi
|
Hutan heterogen
|
|
Ketinggian
|
39 mdpl
|
Gambar: Lumpur
Panas Pria Laot
Pria
Laot merupakan pantai yang terdapat
batu-batu besar layaknya di
pinggir sungai. Sampah berserakan di tepi pantai membuat tidak sedap dipandang
mata. Setelah berjalan lebih kurang 1,5 Km di pinggir pantai yang sedikit
menanjak akhirnya kami menemukan lokasi sumur lumpur. Sumur ini memiliki
diameter sekitar 1 meter untuk sumur
besarnya dan sumur yang lainnya sekitar 30 hingga 50 centimeter. Lumpur yang
ada di dalam sumur ini terus menerus mendidih karena dipanaskan oleh lapisan
magma yang telah mengeras di dapur magma. Lapisan magma dibawahnya merupakan sambungan
dari gunung Jaboi, hal ini tampak dari wilayahnya yang tidak jauh dari Jaboi
dan berbau khas belerang seperti di Jaboi. Sumur lumpur ini juga dikenal dengan
istilah fumaro yaitu sumber air panas yang dipanasi oleh magma.
3.9 Lokasi IX Tugu Kilometer Nol.
|
Keterangan
|
Hasil pengukuran
|
|
Koordinat
|
5o24’21,6”LU & 95º12’51,1” BT
|
|
Ketinggian
|
46 mdpl
|
|
Suhu udara
|
26,9°C
|
|
Batuan
|
Tidak mengandung
kapur
|
|
Proses Geologi
|
Pengangkatan
|
|
Proses Geomorfologi
|
Structural
|
|
Vegetasi
|
Keutapang, mahoni,
pandan tikar, jeruk purut, kemiri, rumput, hutan campuran
|
|
pH Tanah
|
6 (asam)
|
|
Jenis batuan
|
Batuan beku luar,
batuan breksi
|
|
Struktur tanah
|
Liat berlempung
|
|
Tanah
|
Mengandung bahan organik
|
Tugu Nol Kilometer RI atau biasa disebut Monumen Kilometer
Nol terletak di desa Iboih Ujong Ba’u 29 kilometer di sebelah barat kota Sabang
dan sekitar 5 km dari Iboih. Monumen ini dibangun di ujung tebing setinggi 20
meter yang menghadap Samudra Hindia. Dalam bahasa Indonesia Monumen ini disebut
Kilometer Nol yang mempunyai symbol burung garuda, burung Garuda legendaries
yang terukir padanya.
Tugu yang
diprakarsai oleh Menteri Negara dan Riset Teknologi yaitu bapak Prof.Dr.Ing.
BJ.Habibi pada tanggal 24 September 1997 merupakan penentuan posisi geografis
kilometer Nol yang diukur oleh para pakar BPP Teknologi dengan menerapkan
teknologi Satelit Global Positioning (GPS).
Tempat
ini sangat banyak dikunjungi baik oleh turis lokal hingga manca negara karena
dari tempat ini dimulai perhitungan wilayah Indonesia. Dari hadapan tugu
tersebut akan tampak dari jauh Pulau Aceh. Di Kilometer nol terdapat beberapa
tempat makan, souvenir juga mushala.
Hasil pengamatan
:
3.10 Lokasi X Pantai Iboih
dan Pulau Rubiah
Pantai
Iboih berada di Kecamatan Sukakarya Kotamadya Sabang. Kelurahan Iboih memiliki
luas 15 Km2. Untuk mencapai lokasi dapat di tempuh dngan jalan laut
(kapal cepat) selama ± 45 menit dari Pelabuhan Ule lheue dan jalan darat selama
± 45 menit dari Pelabuhan Balohan menuju lokasi.
Kawasan
Wisata Bahari Iboih merupakan kawasan wisata pantai yang sangat terkenal dengan
aktifitas olah raga bawah laut, seperti berenang, diving dan snorkling sambil
menikmati keanekaragaman terumbu karang, ikan hias dan ikan karang (angel fish,
surgeon fish, parrot fish dan beragam jenis ikan laut lainnya) yang jarang
ditemui pada beberapa taman laut di tempat lain, seperti ikan napoleon. Kawasan
wisata bahari Iboih yang didukung dengan sarana dan prasarana juga terdapat
hutan wisata yang sangat indah dengan keanekaragaman dan kekayaan flora dan
faunanya.
RUBIAH
Taman
Laut Rubiah terletak sekitar 23,5 km sebelah barat kota Sabang, dapat dicapai
melalui darat, atau sekitar 7 km dengan menggunakan perahu boat, dan terletak
bersebelahan dengan desa Iboih. Pemerintah Indonesia telah menentukan daerah
perairan ini, sekitar 2600 hektar sekitar pulau Rubiah sebagai daerah special
nature reserve. Terletak di teluk Sabang, dimana air disini relatif tenang dan
sangat jernih (25 m visibility) laut disini diisi oleh bermacam trumbu karang
dan ikan bermacam warna. Dapat ditemukan gigantic clams, angel fish, school of
parrot fish, lion fish, sea fans, dan banyak lagi.
Namun
pada saat tsunami 2004 silam menghancurkan terumbu karang yang ada, tetapi
sekarang telah di tanam kembali dan ikan-ikan disana tidak boleh ditangkap.
Gambar. Terumbu
karang di pulau rubiah
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang terdapat pada laporan ini adalah:
- Sabang merupakan sebuah pulau di ujung Sumatera yang termasuk kedalam wilayah Provinsi Aceh.
- Pulau weh merupakan pulau yang terbentuk dari aktivitas geologi, berupa pengangakatan (sesar) serta adanya aktivitas vulkanisme. Pulau weh merupakan hasil dari pengangkatan pada jutaan tahun silam hal ini di tandai dengan banyaknya terdapat batuan yang mengandung kapur dan topografinya berbukut-bukit dan terjal.
- Dengan adanya proses pengangkatan menyebabkan terjadinya proses vulkanisme hasil pertemuan antara lempeng eurasia dan indo-australia yang menghasilkan gunung api baik yang muncul di permukaan pulau weh maupun didalam laut yang ditandai dengan kawah belerang, lumpur panas, air panas bumi dan gas belerang.
- Sabang menjadi ujung perbatasan Negara Indonesia ditandai dengan adanya bangunan kilometer nol sebagai penandanya.
- Sabang memiliki berbagai peninggalan sejarah yang dapat menarik perhatian, salah satunya adalah peninggalan benteng jepang yang masih ada sampai saat ini.
- Di pantai iboih terdapat berbagai macam terumbu karang yang masih hidup di dalam laut.
- Setelah melakukan pengamatan di Sabang banyak terdapat batuan yang mengandung kapur dan tanah yang mengandung bahan organik.
- Pengamatan yang dilakukan di sabang berhubungan dengan gejala-gejala alam (fisik ) yang berkaitan dengan teori-teori yang telah dipelajari, dengan tujuan agar mahasiswa geografi dapat menganalisis dan mengembangkan ilmu geografinya sesuai dengan gejala alam yang terjadi di alam sekitar.
4.2 Saran
Adapun saran yang terdapat
dalam laporan ini adalah:
- Dalam melakukan praktikum, penggunaan alat-alat yang digunakan sudah memadai, namun dalam observasi selanjutnya berharap agar semua tim bisa menjaga alat dan bertanggung jawab terhadap alat agar tidak terjadi kehilangan
- Dalam
pembangunan sebagai kota wisata, Sabang masih kurang membenahi sarana dan prasarana oleh karena itu perlu adanya peningkatan
dari sarana dan prasarana untuk meningkatkan sabang sebagai kota
pariwisata.
DAFTAR PUSAKA
Abdullah,
T. S.1996. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Cetakan Kedua.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Arsyad, S.
2000. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan Ketiga. Bogor: Institut Pertanian
Buckman, Harry O. and Nyle C. Brady.
1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara
Kartasapoetra, A. Gunarsih. 1986. Klimatologi:
Pengaruh Iklim TerhadapTanah
dan Tanaman. Jakarta : Bumi
Aksara,
Wiradisastra. 1999. Geomorfologi dan
Analisis Lanskap. Laboratorium
http://geografi-geografi.blogspot.com/2013/08/tenaga-eksogen_9729.html
http://syakir-berbagiilmu.blogspot.com/2012/06/tenaga-pembentuk-muka-bumi-tenaga.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar