Selasa, 24 Oktober 2017

Mita Chintia Hombing: Laporan KKL 2 Sabang Geografi Unsyiah



LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN II (FISIK)
SABANG


Disusun Oleh:
Mita Prancinitia
(1406101040009)

DOSEN PEMBIMBING :
Drs Hasmunir M.Si





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2016






KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan  karunianya, saya dapat menyelesaikan laporan KKL 2 ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga berterima kasih pada Bapak Drs Hasmunir M.Si selaku dosen KKL 2 beserta beberapa dosen dan asisten yang memberikan bimbingan ketika pada saat pengamatan berlangsung.
          Saya sangat berharap laporan  ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kajian geografi fisik dengan materi observasi yang telah diajarkan  dan juga bagaimana hubungan atau aplikasinya dalam dunia pendidikan yang suatu saat bisa diajarkan kepada peseta didik maupun suatu saat ketika terjun ke dunia kerja. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan  ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya  berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
         Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Penyusun
Mita Prancinitia




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
     1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
     1.2 Metodologi Pengamatan............................................................................... 1
     1.3 Tujuan Pengamatan....................................................................................... 2 
     1.4 Manfaat Pengamatan.................................................................................... 2
     1.5 Waktu dan Tempat Kegiatan........................................................................ 3
     1.6 Alat dan Bahan............................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................... 6
BAB  III  PEMBAHASAN................................................................................. 18 
3.1  Sumur Tiga.......................................................................................... 18
3.2  Mata Ie................................................................................................ 21
3.3  Benteng Jepang................................................................................... 23
3.4  Anoi Hitam......................................................................................... 25
3.5  Jaboi.................................................................................................... 27
3.6  Danau Aneuk Laot............................................................................. 29
3.7  Bendungan Paya Seunara................................................................... 31
3.8  Pria Laot............................................................................................. 32
3.9  Kilometer Nol..................................................................................... 34
            3.10 Iboih................................................................................................... 35
BAB  IV PENUTUP............................................................................................ 38
    4.1 Kesimpulan.................................................................................................. 38
    4.2 Saran............................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 40
LAMPIRAN.............................................................................................................
 


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Geografi merupakan cabang ilmu yang mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi di permukaan bumi serta prosesnya. Fenomena yang terjadi tidaklah sama antara satu wilayah dengan wilayah lainnya sehingga di dalam ilmu Geografi terdapat pendekatan, prinsip, konsep, Objek studi, aspek, serta cabang ilmu lain dalam Geografi. Kesemua hal tersebut tidak ada terdapat di  dalam ilmu lain dan mempermudah seorang geografer untuk mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi tersebut.
Dalam ilmu geografi perlu memperhatikan dampak yang di timbulkan terhadap proses yang terjadi di dalam objek yang di kajinya sehingga dapat meramalkan hal-hal apa saja yang akan terjadi selanjutnya dan sebelumnya. Untuk mempermudah seseorang paham terhadap ilmu geografi maka perlu mempraktekkan ilmu-ilmu yang di dapat secara teori ke dunia nyata agar mengalami pemahaman secara mendalam terhadap disiplin ilmu tersebut.
Praktek yang dilakukan oleh seorang geografer tentu harus membandingkan terlebih dahulu objek dari penelitiannya ke wilayah mana serta memiliki semua objek kajian geografi yang cocok terhadap apa yang di pelajari secara teori. Sehingga dengan menimbang dan memutuskan diwilayah mana praktek/observasi yang memiliki kesemua fenomena yang di teliti akhirnya memilih pulau weh di karenakan pulau weh banyak fenomenya-fenomena yang terjadi di sana untuk di jadikan tempat praktek/observasi dan tergolong hampir lengkap.

1.2   Metodelogi Pengamatan
    Adapun Metode yang di lakukan antara lain:
1.      Metode visual, mahasiswa dapat melihat secara langsung objek-objek yang akan di diamati.
2.      Mahasiswa langsung terjun ke lapangan untuk mengamati dan mencoba pengamatan terhadap kegiatan
3.      Mahasiswa mendengar penjelasan dan pengarahan dari Dosen .
4.      Metode Pencatatan yaitu mahasiswa mencatat hasil pengamatan dari hasil pengarahan dan penjelasan
5.      Metode wawancara. Diperlukan tanya jawab langsung dengan masyarakat untuk memperoleh data yang lengkap tentang segala kegiatan yang di lakukan oleh penduduk tersebut
6.      Dokumentasi. selesai pengamatan para mahasiswa mengambil foto yang akan di lampirkan dalam laporan.

1.3   Tujuan Pengamatan
             Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kuliah kerja lapangan 2 di Sabang antara lain yaitu :
1.      Mahasiswa mengetahui bagaimana keadaan fisik di sabang dan mampu mengamati berbagai hal, serta mampu menganalisis segala fenomena alam yang terjadi yang terdapat di pulau Weh sabang  dan dapat mengaitkan dengan beberapa mata kuliah yang pernah dipelajari di bangku kuliah
2.      Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang berbagai teori yang telah dipelajari selama perkuliahan.
3.      Mahasiswa mampu mengaplikasikan berbagai pengetahuan yang diperoleh.

1.4   Manfaat Pengamatan
Adapun manfaat dari observasi Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang berlangsung di Pulau Weh Sabang  antara lain:
1.      Mengetahui topografi daerah sabang secara umum.
2.      Mengimplementasikan teori-teori yang telah dipelajari selama di bangku kuliah sehingga bisa didemontrasikan di lapangan.
3.      Mengetahui perbedaan flora dan fauna yang ada di sabang.
4.      Mengetahui fenomena alam yang terdapat di sabang.
5.      Mengetahui keadaan batuan di sabang.
6.      Mengetahui keadaan fisik wilayah Sabang.
7.      Dapat menyelesaikan syarat mata kuliah KKL II

1.5   Waktu dan Tempat Kegiatan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) II di sabang dilakukan selama dua hari yaitu pada hari sabtu dan minggu  dan dilakukan di beberapa tempat dan jam yang berbeda-beda, yaitu:
1.      Lokasi I
a.       Tempat                            : Pantai Sumur Tiga
b.      Waktu Pengamatan         : Pukul 08.30 WIB
c.       Hari dan Tanggal            : Sabtu, 3 Desember 2016
2.      Lokasi II
a.       Tempat                            : Mata Ie
b.      Waktu Pengamatan         : Pukul 10.00 WIB
c.       Hari dan Tanggal            : Sabtu, 3 Desember 2016
3.      Lokasi  III
a.       Tempat                            : Benteng Jepang
b.      Waktu Pengamatan         : Pukul 11.30 WIB
c.       Hari dan Tanggal            : Sabtu, 3 Desember 2016
4.      Lokasi IV
a.       Tempat                            : Pantai Anoi Itam
b.      Waktu Pengamatan         : Pukul 14.00 WIB
c.       Hari dan Tanggal            : Sabtu, Desember 2016
5.      Lokasi  V
a.       Tempat                            : Gunung Berapi Jaboi
b.      Waktu Pengamatan         : Pukul 16.30  WIB
c.       Hari dan Tanggal            : Sabtu 3 Desember 2016
6.      Lokasi  VI
a.       Tempat                            : Danau Aneuk Laot
b.      Waktu Pengamatan         : Pukul 09.00 WIB
c.       Hari dan Tanggal            : Minggu 4 Desember 2016




7.      Lokasi  VII
a.       Tempat                        : Waduk Paya Seunara
b.      Waktu Pengamatan     : Pukul 10.30 WIB
c.       Hari dan Tanggal        : Minggu 4 Desember 2016
8.      Lokasi  VIII
a.       Tempat                        : Pria Laot
b.      Waktu Pengamatan     : Pukul 12.00 WIB
c.       Hari dan Tanggal        : Minggu 4 Desember 2016
9.      Lokasi  IX
a.       Tempat                        : KM 0
b.      Waktu Praktikum        : Pukul 15.00 WIB
c.       Hari dan Tanggal        : Minggu 4 Desember 2016
  1. Lokasi  X
a.       Tempat                        : Iboh
b.      Waktu Praktikum        : Pukul 16.30 WIB
c.       Hari dan Tanggal        : Minggu 4 Desember 2016

1.6   Alat dan Bahan dan kegunaannya
1.      Kayu meteran
2.      Meteran
3.      Unting-Unting
4.      Tali
5.      Palu
6.      Gunting
7.      H2O2
8.      HCL
9.      Kaca Pembesar
10.  Termometer
11.  Kertas lakmus warna
12.  Timba
13.  GPS
14.  Masker





Kegunaan alat dan bahan:

  1. GPS untuk mengetahui posisi pengamatan
  2. Altimeter  untuk mengukur ketinggian suatu titik dari permukaan laut
  3. Temometer untuk mengetahui suhu udara dan  suhu air
  4. Hidrometer   untuk mengetahui kelembaban udara
  5. Kertas lakmus untuk mengetahui PH air
  6. H2O2  untuk megetahui bahan Organik
  7. HCL untuk mengetahui jenis batuan  
  8. Pipet tetes untuk fungsinya untuk meneteskan cairan HCL dan O2  pada batuan dan tanah
  9. Masker untuk menutupi hidung agar terhindar dari bau – bau di tempat  pengamatan
  10. Botol kaca untuk mengisi cairan  HCL dan O2
  11. Sarung tangan untuk melindungi kulit dari cairan HCL dan H2O2  agar tidak terkena tangan dan melepuh.
















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Geologi
Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya bumi dan Logos yang artinya ilmu, Jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi. Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet Bumi, termasuk Komposisi, keterbentukan, dan sejarahnya. Karena Bumi tersusun oleh batuan, pengetahuan mengenai komposisi, pembentukan, dan sejarahnya merupakan hal utama dalam memahami sejarah bumi. Dengan kata lain batuan merupakan objek utama yang dipelajari dalam geologi.
2.1.1  Cabang-cabang ilmu geologi
Kajian geologi memiliki ruang lingkup yang luas, di dalamnya terdapat kajian-kajian yang kemudian berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri walaupun sebenarnya ilmu-ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling menunjang satu sama lain. ilmu-ilmu tersebut yaitu :
  1. Mineralogi: yaitu ilmu yang mempelajari mineral, berupa pendeskripsian mineral yang meliputi warna, kilap, goresan, belahan, pecahan dan sifat lainnya.
  2. Petrologi: yaitu ilmu yang mempelajari batuan, di dalamnya termasuk deskripsi,klasifikasi dan originnya.
  3. Sedimentologi: yaitu ilmu yang mempelajari batuan sediment, meliputi deskripsi, klasifikasi dan proses pembentukan batuan sediment.
  4. Stratigrafi: yaitu ilmu tentang urut-urutan perlapisan batuan, pemeriannya dan proses pembentukannya.
  5. Geologi Struktur: adalah ilmu yang mempelajari arsitektur kerak bumi dan proses pembentukannya.
  6. Palentologi: yaitu ilmu yang mempelajari aspek kehidupan masa lalu yang berupa fosil. Paleontology berguna untuk penentuan umur dan geologi sejarah.
  7. Geomorfologi: yaitu ilmu yang mempelajari bentuk bentang alam dan proses pembentukan bentang alam tersebut. Ilmu ini berguna dalam menentukan struktur geologi dan batuan penyusun suatu daerah.
  8. Geologi Terapan: merupakan ilmu-ilmu yang dikembangkan dari geologi yang digunakan untuk kepentingan umat manusia, diantaranya Geologi Migas, Geologi Batubara, Geohidrologi, Geologi Teknik, Geofisika, Geothermal dan sebagainya.
2.1.2  Tenaga Pembentuk Geologi (Endogen)
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang bersifat membangun bentuk relief muka bumi. Tenaga ini meliputi tektonisme, vulkanisme dan seisme.
  1. Tenaga Tektonisme merupakan tenaga dari dalam bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan letak lapisan permukaan bumi secara mendatar atau vertikal. Gerak tektonis dibagi atas dua: epirogenesa dan orogenesa.
  2. Tenaga Vulkanis dapat diartikan sebagai suatu gejala atau akibat adanya aktivitas magma dalam litosfer hingga keluar sampai ke permukaan bumi.Magma adalah materi silikat pijar yang ada di dalam lapisan kulit bumi. Macam magma berdasarkan susunan mineralnya adalah:
a.       Magma asam (granitis): magma yang banyak mengandung kuarsa (SiO3) dan berwarna terang.
b.      Magma basa (basaltis): magma yang banyak mengandung besi dan magnesium dan berwarna gelap.
c.       Magma pertengahan (andesit): magma yang mengandung kuarsa, besi, dan magnesium seimbang dan berwarna kelabu gelap .
  1. Tenaga Seismis adalah getaran yang dapat dirasakan di permukaan bumi karena adanya gerakan, terutama dari dalam lapisan-lapisan bumi. Secara umum penyebab gempa bumi dapat dibagi tiga:
a.       Gempa tektonik, yakni disebabkan gerakan yang terjadi di dalam kulit bumi secara tiba-tiba, baik berupa patahan maupun pergeseran.
b.      Gempa vulkanis, yakni disebabkan oleh letusan atua retakan yang terjadi di dalam struktur gunung berapi. Gempa ini terjadi karena adanya magma atau batuan meleleh yang menerobos ke arah kerak bumi. Terasa hanya di sekitar gunung berapi, karena intensitasnya lemah hingga sedang.
c.       Gempa runtuhan atau terban, antara lain terjadi karena longsoran massa batuan, misalnya dari lereng gunung. Intensitasnya sangat kecil.
2.2 Geomorfologi
Adalah ilmu yang mempelajari pembentukan permukaan bumi. Mempelajari evolusi lereng, pembangunan daratan dan plateau, dan proses-proses terbentuknya bukit pasir dan goa dan tebing (elemen-elemen fisik dari bentang daratan). Pergerakan dari udara, es, gelombang air berkontribusi dalam pembentukan bentang daratan. Secara luas, berhubungan dengan landform (bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku organisme di tempat mereka hidup. “Surface” (permukaan) jangan diartikan secara sempit; harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface terutama di daerah batu gamping sangat penting dimana sistem gua terbentuk dan merupakan bagian yang integral dari geomorfologi.
Pengaruh dari erosi oleh: air, angin, dan es, ketinggian dan posisi relatif terhadap air laut. Dapat dikatakan bahwa tiap daerah dengan iklim tertentu juga memiliki karakteristik pemandangan sendiri sebagai hasil dari erosi yang bekerja yang berbeda terhadap struktur geologi yang ada. Geomorfologi mengutamakan pembelajaran mengenai bentuklahan, yaitu bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis yang bekerja di permukaan bumi.
Bentuklahan yang dihasilkan oleh proses - proses geomorfologis ada beberapa macam, yaitu :
1.     Bentuklahan Bentukan Asal Volkanis
2.     Bentuklahan Bentukan Asal Struktural
3.     Bentuklahan Bentukan Asal Proses Fluvial
4.     Bentuklahan Bentukan Asal Proses Denudasional
5.     Bentuklahan Bentukan Asal Proses Marin
6.     Bentuklahan Bentukan Asal Proses Angin
7.     Bentuklahan Bentukan Asal Proses Pelarutan
8.     Bentuklahan Bentukan Asal Proses Glasial
9.     Bentuklahan Bentukan Asal Aktivitas Organisme




2.3 Topografi
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk lereng, dan posisi lereng. Topografi merupakan salah satu factor membentuk tanah. Topografi dalam proses pembentukan tanah mempengaruhi:
a.       Jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh massa tanah;
b.      Dalamnya air tanah;
c.       Besarnya erosi;
d.      Arah gerakan air berikut bahan terlarut di dalamnya dari satu tempat ke tempat lain (Hardjowigeno, 1993).
Hubungan antara lereng dengan sifat-sifat tanah tidak selalu sama disemua tempat, hal ini disebabkan karena faktor-faktor pembentuk tanah yang berbeda di setiap tempat. Keadaan topografi dipengaruhi oleh iklim terutama oleh curah hujan dan temperatur (Salim, 1998).
Daerah yang memiliki curah hujan tinggi, menyebabkan pergerakan air pada.suatu lereng menjadi tinggi pula sehingga dapat menghanyutkan partikel-partikel tanah. Proses penghancuran dan transportasi oleh air akan mengangkut berbagai partikel-partikel tanah, bahan organik, unsur hara, dan bahan tanah lainnya. Keadaan tersebut disebabkan oleh energi tumbuk butir-butir hujan, intensitas hujan, dan penggerusan oleh aliran air pada permukaan tanah yang memberikan pengaruh dalam proses pembentukan dan perkembangan tanah.

2.4   Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen atau derajat. Dua titik yang berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai selisih tinggi 10 meter membentuk lereng 10 persen. Kecuraman lereng 100 persen sama dengan kecuraman 45 derajat. Selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air. Jika kemiringan lereng semakin besar, maka jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan butir hujan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan gaya berat yang semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizon tal, sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin banyak. Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi per satuan luas menjadi 2,0-2,5 kali lebih banyak (Arsyad, 2000).
    a.    Panjang Lereng
Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik di mana air masuk ke dalam saluran sungai, atau di mana kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan makin besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada di bagian atas (Arsyad, 2000).
b.       Bentuk Lereng
Bentuk lereng merupakan wujud visual lereng pada suatu sekuen lereng. Lereng biasanya terdiri dari bagian puncak (crest), cembung (convex), cekung (voncave), dan kaki lereng (lower slope). Daerah puncak (crest) merupakan daerah gerusan erosi yang paling tinggi dibandingkan dengan daerah dibawahnya, demikian pula lereng tengah yang kadang cembung atau cekung mendapat gerusan aliran permukaan relatif lebih besar dari puncaknya sendiri, sedangkan kaki lereng merupakan daerah endapan (Salim, 1998).

    c.  Posisi Lereng
Posisi lereng terdiri dari puncak lereng, lereng atas, lereng tengah, lereng bawah, dan kaki lereng. Pergerakan air secara vertikal akan melarutkan bahanbahan tanah dan mengakibatkan bahan-bahan tanah menurun serta terakumulasi dilereng bawah. Posisi lereng turut mempengaruhi besar aliran permukaan. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di bagian bawah lereng, dengan demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan makin besar kecepatannya di bagian bawah lereng.






 Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986.



2.5  Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat pada daerah yang sempit. Sifat cuaca ini meliputi antara lain:
  1. Mudah berubah
  2. Waktunya terbatas
  3. Meliputi wilayah yang sempit
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata pada daerah yang luas dan dalam waktu yang lama. Sifat cuaca ini meliputi antara lain:
  1. Relatif tetap
  2. Berlaku untuk waktu yang lama
  3. Meliputi daerah yang luas
Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim antara lain:
  1. Letak garis lintang
  2. Letak tinggi suatu tempat
  3. Pengaruh daratan yang luas
  4. Lokasi :dekat laut, dekat danau, dan daerah padang pasir
  5. Daerah pegunungan yang dapat mempengaruhi posisi bayangan hujan
  6. Suhu udara dan awan
  7. Kelembaban udara dan awan
  8. Banyak sedikitnya curah hujan
  9. Pengaruh arus laut
  10. Panjang pendeknya musim
  11. Pengaruh topografi dan vegetasi

2.6  Geografi Tanah
Geografi tanah mempelajari pola-pola spasial tanah, distribusi, dan hubungannya dengan iklim, vegetasi, dan manusia. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi  berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman,yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,industri perkebunan, maupun kehutanan.
Definisi tanah secara mendasar dikelompokkan dalam tiga definisi, yaitu:
  1. Berdasarkan pandangan ahli geologi: Tanah didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).
  2. Berdasarkan pandangan ahli ilmu alam murni: Tanah didefinisikan sebagai bahan padat (baik berupa mineral maupun organik) yang terletak di permukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: bahan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu.
  3. Berdasarkan pandangan ilmu pertanian: Menurut Ahli Pertanian (berdasarkan pendekatan Edaphologi) Tanah didefinisikan sebagai media tempat tumbuh tanaman.
Tanah sebagai benda alam mempunyai sifat-sifat yang bervariasi. Sifat tanah yang berbeda-beda pada berbagai tempat mencerminkan pengaruh dari berbagai faktor pembentuknya di alam. Tanah dipandang sebagai alat produksi pertanian, karena tanah berfungsi sebagai media tumbuhnya tanaman. Produktivitas tanaman pertanian yang diusahakan banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah yang bersangkutan, baik sifat fisika tanah, kimiawi tanah, maupun biologi tanah yang bersangkutan. Sebagai media tumbuhnya tanaman tanah mampu berperan sebagai:
1.   Tempat berdirinya tanaman.
2.   Tempat menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
3.   Tempat menyediakan air yang dibutuhkan oleh tanaman.
4.   Tempat menyediakan udara bagi pernafasan akar tanaman


2.6.1  Bahan Penyusun Tanah
Tanah bukan merupakan timbunan bahan padat yang mati dan statis, melainkan merupakan suatu proses yang dinamis dan hidup yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Setiap tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, air tanah. Bahan mineral berasal dari hasil pelapukan batuan, sedangkan bahan organik berasal dari hasil penguraian organisme yang mati. Di dalam tanah selalu terjadi proses destruktif dan konstruktif. Proses destruktif adalah penguraian bahan mineral dan bahan organik. Sedangkan proses konstruktif adalah proses penyusunan kembali hasil penguraian bahan mineral dan bahan organik menjadi senyawa baru.
Adanya keempat komponen tanah tersebut, serta adanya dinamika di dalamnya, menyebabkan tanah mampu berperan sebagai media tumbuhnya tanaman. Perbandingan komponen-komponen tanah pada setiap tempat tergantung pada jenis tanah, lapisan tanah, pengaruh cuaca dan iklim serta campur tangan manusia.

2.6.2  Persebaran Jenis Janah dan Pemanfaatannya
    Jenis-jenis tanah di Indonesia itu memiliki karakteristik tersendiri, (Enoh. 1994) sesuai dengan bahan induknya.
  1. Litosol, yaitu tanah yang baru mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangan tanah. Berasal dari batuan-batuan konglomerat dan granit, kesuburannya cukup, dan cocok dimanfaatkan untuk jenis tanmana hutan. Penyebarannya di : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan Sumatera.
  2. Latosol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna tanah tergantung susunan bahan induknya dan keadaan iklim. Latosol merah berasal dari vulkan intermedier, tanah ini subur, dan dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan. Penyebarannya di seluruh Indonesia, kecuali di Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.
  3. Aluvial ialah tanah muda yang berasal dari hasil pengendapan. Sifatnya tergantung dari asalnya yang dibawa oleh sungai. Tanah aluvial yang berasal dari gunung api umumnya subur karena banyak mengandung mineral. Tanah ini sangat cocok untuk persawahan. Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai seperti misalnya, di Kerawang, Indramayu, Delta Brantas.
  4. Regosol, belum jelas menampakkan pemisahan horisonnya. Tanah regosol terdiri dari: regosol abu vulkanik, bukit pasir, batuan sedimen, tanah ini cukup subur. Jenis tanah latosol terdiri dari ; latosol merah kuning, cokelat kemerahan, cokelat, cokelat kekuningan. Tanah ini cocok dimanfaatkan untuk pertanian padi, palawija, kelapa, dan tebu. Penyebarannya di sekitar lereng gunung-gunung berapi.
  5. Grumusol atau Margalit, terdiri dari beberapa macam; grumusol pada batu kapur, grumusol pada sedimen tuff, grumusol pada lembah-lembah kaki pegunungan, grumusol endapan aluvial. Kesuburan cukup. dimanfaatkan untuk pertanian padi, dan tebu. Penyebarannya di Madura, Gunung Kidul, Jawa Timur dan Nusa Tenggara.
  6. Organosol, mengandung paling banyak bahan organik, tidak mengalami perkembangan profil, disebut juga tanah gambut. Bahan organik ini terdiri atas akumulasi sisa-sisa vegetasi yang telah mengalami humifikasi, tetapi belum mengalami mineralisasi. Tanah ini kurang subur. Tanah ini belum dimanfaatkan, tetapi dapat dimanfaatkan untuk persawahan. Penyebarannya di Sumatera.

2.7   Vulkanisme
Vulkanisme merupakan proses keluarnya magma ke permukaan bumi. Keluarnya magma ke permukaan bumi umumnya melalui retakan batuan, patahan, dan pipa kepundan pada gunung api. Jika magma yang berusaha keluar tidak mencapai permukaan bumi, proses ini disebut intrusi magma. Jika magma sampai di permukaan bumi, proses ini disebut ekstrusi magma. Magma yang sudah keluar ke permukaan bumi disebut lava.



Jenis-jenis gunung api
  1. Gunung api perisai, bentuknya seperti perisai, lerengnya sangat landai, terbentuk karena erupsi efusif magma cair dan encer yang mengalir dan membeku secara lambat yang bentuknya seperti perisai
  2. Gunug api maar, bentuknya seperti trapesium, terbentuk karena erupsi eksplosif yang tidak terlalu kuat dengan letusan hanya sekali sehingga terbentuklah lubang besar (kawah/maar)
  3. Gunung api strato, bentuknya seperti kerucut dan berlapis, terbentuk karena erupsi efusif dan eksplosif dengan beberapa kali letusan yang kuat.
2.8 Erosi
Batuan yang telah lapuk secara berangsur-angsur akan dikikis dan dipindahkan ke  tempat lain oleh tenaga eksogen. Proses pengikisan dan pengangkutan material hasil lapukan itulah yang disebut erosi.
a. Erosi Air
Erosi air disebabkan oleh aliran air permukaan yang berasal dari air hujan yang menghanyutkan partikel-partikel tanah dan hancuran batuan. Faktor-faktor yang memengaruhi kekuatan erosi air.
b. Erosi Angin
Erosi angin biasa terjadi di gurun pasir dan di daerah kering. Deflasi merupakan proses erosi yang disebabkan oleh angin. Angin dengan kecepatan tinggi mengikis batuan dan membawanya ke daerah yang kecepatan anginnya rendah.
c. Erosi Gletser
Gletser adalah salju yang meluncur mengikuti lereng-lereng bukit. Eksarasi merupakan proses erosi yang disebabkan gletser. Di daerah yang bersalju, sewaktu salju turun, butiran salju bersatu dengan tanah dan menyusup melalui pori-pori tanah. Ketika musim panas, salju mencair dan mengalir dengan membawa material hasil erosi.



2.9  Vegetasi
Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam landscape dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam landscape yang belum dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Vegetasi merupakan suatu pengelompokan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama di dalam suatu tempat tertentu yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya, maupun oleh kombinasi dari struktur dan fungsi sifat-sifatnya yang mengkarekterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fisiognomi.
Vegetasi merupakan suatu kumpulan tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari beberapa jenis (biasanya) berinteraksi satu dengan yang lainnya. Misalnya, vegetasi hutan dibentuk oleh individu tumbuhan yang beraneka ragam dan memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu.
Setiap tipe vegetasi dicirikan oleh setiap penampangan luar tumbuhan dominannya. Berdasarkan kebutuhan tumbuh-tumbuhan akan cahaya matahari berkaitan pula dengan energi dan suhu udara yang ditimbulkannya. Terdapat 4 kelompok vegetasi yang dipengaruhi oleh suhu lingkungan di habitatnya, yaitu kelompok vegetasi atau tumbuhan megatermal (tumbuhan menyukai habitat bersuhu panas sepanjang tahun, misalnya tumbuhan daerah tropis), mesotermal (tumbuhan yang menyukai lingkungan yang tidak bersuhu terlalu panas atau terlalu dingin), mikrotermal (tumbuhan yang menyukai habitat bersuhu rendah atau dingin, misalnya tumbuhan dataran tinggi atau habitat subtropis) dan hekistotermal yaitu tumbuhan yang terdapat di daerah kutub atau alpin.









BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Lokasi I Sumur Tiga
Gambar Sumur 3

Tabel Hasil Pengamatan Kondisi Sumur
No
Aspek Pengamatan
Hasil Pengamatan
1
Suhu air sumur
28°C
2
Suhu udara
28,3°C
3
Kelembaban
90%
4
Tinggi muka sumur
56 cm
5
Diameter
127 cm
6
Bibir sumur
10 cm
7
Warna air sumur
Bening
8
Rasa air sumur
Tawar

Tabel Hasil Pengamatan Kondisi Pantai
No
Aspek Pengamatan
Hasil Pengamatan
1
Posisi ( Koordinat)
5° 23’ 25,3 ” LU  &  95° 20’29,2’’ BT
2
Ketinggian Posisi
14 mpdl
3
Kemiringan lereng ( 3 Posisi Pengukuran)
1. 90-77= 12° ( Landai)
2. 90-73= 17° ( Bergelombang)              
3. 90-74= 16° ( Bergelombang )
4
Vegetasi  
Kelapa, semak belukar dan berbagai jenis pohon
5
Suhu air laut
29°C
6
Warna pasir
Putih dan hitam
7
Tekstur
Kasar
8
Rasa air
Asin
9
Batuan
Mengandung kapur
10
Tanah
Mengandung bahan organik
11
Permeabilitas
Menyerap cepat
12
Kelembaban udara
85-90%
13
Geomorfologi
Bentuk lahan asal proses marin
14
Geologi
Adanya tambrakan antar lempeng menyebabkan patahan serta adanya proses pengangkatan (sesar)

             Berdasarkan hasil pengukuran diatas maka dapat disimpulkan bahwa daerah disumur tiga dulunya mengalami patahan sehingga akibat adanya patahan tersebut terbentuk topografi yang terjal dan lama kelamaan terjadi erosi dan menyebabkan dibawahnya ada batuan besar. Salah satu sumur yang terdapat di daerah tersebut airnya tawar disebabkan sumur yang digali lebih tinggi dari permukaan laut. Batuan yang terdapat di sumur tiga ketika di teliti menggunakan HCL berbuih dan dapat disimpulkan bahwa batuannya mengandung kapur dan tanah yang terdapat di sumur tiga ketika di teliti menggunakan H2O2 berbuih dan dapat disimpulkan bahwa batuannya mengandung bahan organik.
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan didapatkan data bahwa Sumur ini memiliki air yang tawar yang sangat baik untuk dikonsumsi. Daerah sumur tiga merupakan daerah yang berbukit-bukit dengan ketinggian berkisar 50-100 meter dari permukaan laut sehingga air hujan yang jatuh akan terus mengalir ke laut. Sumur yang terletak di pinggir pantai sangatlah strategis karena pada kawasan inilah air hasil perkolasi dari kawasan tadah hujan wilayah sumur tiga berkumpul.

Air sumur tawar karena letak sumur yang lebih tinggi daripada pantai sehingga tidak memungkinkan terjadinya instrusi air laut. Konstruksi sumur yang tebal dan kokoh juga menjadi penghalang terjadinya instrusi air laut. Kawasan ini pada saat itu mempunyai kelembaban udara sebesar 85% yang berarti penguapan pada saat itu tinggi.

Gambar. Sumur yang diamati





       Gambar. Pgamatan batuan dan t
                           Gambar. menggunakan larutan HCL dan H2O2





Gambar.
Gambar. Vegetasi di sumur tiga


3.2    Lokasi II Mata Ie Meule
Gambar. Mata Ie meule

Tabel Hasil Pengamatan Kondisi Mata Ie meule
No
Aspek Pengamatan
Hasil Pengamatan
1
Suhu air
28°C
2
Struktur tanah
Lempung Berpasir
3
Permeabilitas
Kurang menyerap air
4
Warna tanah
Hitam kecoklatan
5
Vegetasi
Kelapa, pohon pinang, talas, semak belukar dan pepohonan lebat
6
Warna air
Keruh
7
Rasa air
Tawar
8
Batuan
Mengandung kapur
9
Tanah
Mengandung bahan organik
10
Kemiringan lereng   
(3 Posisi Pengukuran)
1. 90-62= 28° (Bergelombang)
2. 90-58= 32° (terjal)              
3. 90-61= 29° (Bergelombang)
11
Posisi
5° 51’ 50 ” LU  &  95° 21’13’’ BT
12
Tekstur tanah
Halus
13
Suhu udara
28°C
14
Kelembaban udara
93%
15
Ketinggian
13 mdpl
16
PH tanah
7 (Netral)
17
PH air
7 (Netral)
18
Geomorfologi
Bentuk lahan asal proses karst dan denudasional
19
Geologi
Dulunya kawasan mata ie berupa laut, karena adanya batuan yang mengandung kapur, serta adanya lipatan

             Mata Ie merupakan sebuah kawasan sumber air bersih yang berasal dari perbukitan. Airnya yang jernih mengalir dari celah-celah batuan dan menjadi sumber air bersih utama bagi masyarakat di sekitar Mata Ie. Mata Ie secara astronomis terletak pada 5° 51’ 50 ” LU  dan  95° 21’13’’ BT . Masyarakat menggunakan air tersebut sebagai kebutuhan sehari-hari seperti untuk memasak, mencuci, mandi, kakus, dan lain sebagainya.
Jenis batuan yang terdapat di kawasan Mata Ie merupakan jenis batuan kapur. Tanahnya merupakan hasil pelapukan batuan kapur sehingga membentuk tanah organik yang subur. Vegetasi yang terdapat pada wilayah ini yaitu jambu air, kelapa, aren, melinjo, keladi. Tumbuhan ganggang (alga) ini juga hidup di kolam-kolam atau tempat yang ada air, tumbuhan ini berwarna hijau, tumbuhnya berbentuk benang yang berbentuk seperti akar serabut. Tumbuhan lumut juga hidup di sekitar ini, karena tempatnya lembab dan terlindungi dari cahaya matahari, lumut ini namanya lumut kerak biasanya hidup di atas batuan yang terdapat di Mata Ie, dari hasil pelapukan tumbuhan lumut kerak ini maka tumbuhlah lumut hati dan paku-pakuan. Tumbuhan alga dan lumut ini tidak mempunyai daun batang dan akar tumbuhan lumut termasuk ke dalam golongan  perintis.
 






Gambar. Pengukuran suhu menggunakan termometer


 





           





                       Gambar. Vegetasi yang ada di Mata ie meule

 3.3    Lokasi III Benteng Jepang
Gambar. Benteng Jepang



Tabel Hasil Pengamatan Kondisi Benteng Jepang
No
Aspek Pengamatan
Hasil Pengamatan
1
Kelembaban udara
95%
2
Suhu udara
28°C
3
Batuan
Mengandung kapur
4
Tanah
Mengandung bahan organik
5
Struktur tanah
Lempung berpasir
6
Tekstur tanah
Kasar
7
Permeabilitas
Sedikit menyerap air
8
Warna tanah
Abu- kehitaman
9
Arah lereng
Timur laut
10
Kemiringan lereng
1. 90-62= 28° (Bergelombang)
2. 90-58= 32° (terjal)              
3. 90-61= 29° (Bergelombang)
11
Ketinggian tempat
22 mdpl
12
Posisi
5° 50’ 49,5” LU  &  95° 22’ 25,5’’ BT
13
PH tanah
7 (Netral)
14
Vegetasi
Kelapa, pinus, rumput
15
Geomorfologi
Bentuk lahan asal proses srtuktural
16
Geologi
Adanya proses pengangkatan (sesar)

Benteng ini terletak di atas bukit dekat pantai berkarang dengan wilayah yang cukup terjal karena memiliki ketinggian 22 mdpl. Kelembaban di kawasan ini cukup tinggi, uap air naik ke udara karena dipanaskan oleh cahaya matahari. Tempat ini menjadi salah satu objek wisata yang dapat dikunjungi oleh turis. Tantangan menuju Benteng yaitu menaiki anak tangga yang cukup banyak dan tinggi. Vegetasi yang terdapat diwilayah ini yaitu kuda-kuda, kelapa, ketapang, rumput. Benteng ini dibuat untuk memantau kapal-kapal asing yang masuk ke wilayah laut Aceh. Dari atas benteng kita dapat melihat pemandangan laut yang sangat indah dan kita dapat melihat teluk sabang, selat malaka, dan lautan pasifik.
Benteng jepang dibangun sekitar tahun 1940 sampai 1945 tahun silam. Letak benteng yang strategis memudahkan orang jepang memantau pergerakan musuh dari laut maupun dari udara. Di benteng terdapat meriam dengan kekuatan tembak sejauh ± 2 km. Benteng tersebut berada di ujung laut yang mengarah ke selat malaka. Berikut beberapa gambar hasil pengamatan dan pengukuran.

Gambar- gambar hasil pengukuran dan pengamatan di sana antara lain sebgai berikut :
 








Gambar. Pengukuran kemiringan lereng \

 









Gambar. Pengujian bahan organik tanah dan batu

3.4   Lokasi IV Anoi Itam

Tabel Hasil Pengamatan Kondisi Anoi Hitam
No
Aspek Pengamatan
Hasil Pengamatan
1
Suhu udara
25°C
2
Kelembaban
90%
3
PH air laut
8

Suhu air laut
28°C

Warna pasir
Hitam

Vegetasi
Kelapa. Pohon cemara dan semak belukar , pohon keutapang, dan Pandan berduri.

Posisi 
5° 50’ 49,5” LU  &  95° 22’ 25,5’’ BT

Ketinggian
2 mdpl

Kemiringan lereng
1. 90-79= 11° (Landai)
2. 90-58= 32° (landai)              
3. 90-61= 29° (landai)

Arah lereng
Timur laut

Permeabilitas
Menyerap air dengan cepat

Pasir
Tidak mengandung bahan organic

Batuan
Mengandung kapur

Geomorfologi
Bentuk lahan asal proses marin

Geologi
Proses patahan dan pengangkatan

            Nama anoi itam berasal dari warna pasir di pantai yang memiliki warna hitam dan mengkilap. Pasir tersebut berasal dari vulkanisme yang berada di dekat daerah tersebut kemudian diendapkan dipantai. Pasir tersebut memiliki kandungan besi yang tinggi dan suatu saat terjadi penambangan pasir tersebut. Di sekitar pantai banyak terdapat vegetasi khas seperti kelapa, kuda-kuda,  pohon cemara, pohon keutapang, dan pandan berduri.



3.5   Lokasi  V Gunung Vulkanik Jaboi
Gunung api Jaboi terletak di Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang Pulau Weh. Gunung ini merupakan potensi panas bumi yang dapat digunakan sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB). Gunung Jaboi ini masih terlihat asri dan menarik untuk dikunjungi. Ratusan kawahnya masih mengeluarkan panas belerang yang dapat dipergunakan sebagai obat penyakit kulit.
Kawasan ini merupakan kawasan pegunungan api aktif tipe C sehingga tidak perlu adanya pengawasan. Suhu udara di atas gunung dekat dengan kawah terasa sangat hangat karena uap gas yang dibawa oleh angin secara terus-menerus. Area yang dekat dengan kawah terlihat tandus, batang pepohonan berubah warna menjadi kekuningan hingga putih. Hal ini dikarenakan terkena uap panas yang terus menerus.
Daerah ini rentan sekali terhadap kebakaran, sehingga kerap sekali kita dengar adanya kebakaran di Gunung Jaboi. Diperkirakan lapisan magma pada dapur magma telah mengeras dan masih sangat panas. Lapisan inilah yang terus memanasi lapisan di atasnya yang berupa belerang sehingga terbentuklah kawah belerang yang berupa lubang-lubang yang muncul di permukaan tanah. Lubang-lubang tersebut memancarkan uap panas yang sangat bau dan berasap, bau itu muncul karena pemanasan unsur belerang. 
Lokasi wisata yang masih jauh dari kelengkapan suatu tempat wisata ini ternyata cukup diminati pula oleh banyak kalangan. Pendatang tidak hanya dari kota Banda Aceh, yang rela melintas laut sejauh sekitar 30 km dari pelabuhan Ule Lheu ke Balohan, tetapi juga menjadi salah satu tujuan turis mancanegara. Beberapa penikmat lokasi alam yang berkunjung terlihat dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa untuk berbagai keperluan.
No
Aspek Pengamatan
Hasil pengamatan

Suhu kawah
81°C

Ketinggian
103 mdpl

Vegetasi
Hutan lebat di sekitar kawah

Batuan
Tidak mengandung kapur

Tanah
Mengandung bahan organik

Geologi
Aktivitas gunung berapi masih aktif

Kemiringan lereng
1. 90-79= 11° (Landai)
2. 90-58= 32° (landai)              
3. 90-61= 29° (landai)

Unsur kimia
Kandungan belerang sangat tinggi

Jenis batuan    
Batuan beku

Posisi
5° 47’ 56,9” LU  &  95° 19’ 37,8’’ BT

Mayarakat sekitar menyebutkan gunung tersebut yaitu gunung leumo mate karena dulu ada lembu masyarakat  yang mencari makan di sana mati mungkin karena terhisap gas belerang dan suhu pada waktu itu panas. Gunung vulkanik jaboi  merupakan salah satu gunung api aktif di aceh tipe c. Namun gunung tersebut hanya berbentuk kawah dan telah terjadi erosi dan mengakibatkan kawah semakin besar dan mengeluarkan bau belerang. Gunung tersebut direncakan oleh pemerintah akan dibuat PLPB untuk mencukupi listrik di Sabang dan Banda Aceh.
Beberapa vegetasi di sana ada yang mati karena suhu sewaktu-waktu dapat naik dan menyebakan vegetasi ada yang mati. Di bawah gunung tersebut terdapat magma dan menyebabkan keluarnya belerang baik dalam bentuk gas maupun padat.

 




Gambar. Pengukuran suhu lubang belerang mengunakan termometer.

 3.6   Lokasi VI Danau Aneuk Laot.
                            Gambar: Danau Aneuk Laot


Tabel Hasil Pengamatan Kondisi Danau Aneuk Laot
Keterangan
Hasil Pengamatan
Posisi
5224,4” LU  &  95° 19’ 33,6’’ BT
Suhu air
28°C
Proses Geologi
Tekto-Vulkanik
Proses Geomorfologi
Lipatan dengan dikelilingi pengunungan
pH air
7 (netral)
Warna air
Berkeruh dan bau.
Kemiringan lereng
12o  (Landai)
Suhu udara
27o C
Kelembaban udara
85%
Ph tanah
6 (asam)
Ketinggian
37 mdpl
Vegetasi
Kelapa, bamboo, mangga, pohon cemara, pohon pinang  dan semak belukar

            Danau Aneuk Laot yang disebut juga Danau Air Tawar terletak di Kecamatan Aneuk laot, Kota Sabang, Nangroe Aceh Darussalam. Dalam bahasa Aceh aneuk laot berarti anak laut. Nama Danau Anaeuk Laot diberikan karena Kota Sabang yang di kelilingi laut tapi danau ini selalu mencukupi kebutuhan air bersih untuk masyarakat.
Seperti wisata alam lainnya, objek ini menyuguhkan panorama alam yang sangat menakjubkan. Jika ingin berkunjung di siang hari tidak perlu khawatir panas, udara di tempat ini sangatlah sejuk dan cocok untuk tempat berteduh.
Danau Aneuk Laot ini berada tepat ditengah-tengah Kota Sabang yang merupakan sumber mata air bagi seluruh penduduk sekitarPulau Weh. Tempat wisata ini menyajikan panorama alam yang indah dengan latar belakang Pantai Sabang. Namun sayangnya, setelah terjadinya bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada 2004 lalu, warga sekitar mengatakan jika air di Danau Aneuk Laot mengalami penurunan. Di sekitar danau masih terdapat vegetasi untuk tangkapan hujan. Di sekitar danau terdapat eceng gondok namun dikawatirkan dapat menyebabkan pendangkalan danau.                
 3.7   Lokasi  VII  Bendungan Paya Seunara
             Gambar: Bendungan Paya Seunara
Hasil pengamatan Paya Seunara:
Keterangan
Hasil Pengamatan
Posisi
5° 5039,1” LU  &  95° 19’ 17,8’’ BT
Suhu udara
29o C
Proses Geologi
Berupa lipatan
Proses Geomorfologi
Berupa lembah dikelilingi oleh rawa
pH air
6 ( asam)
Kemiringan lereng
1. 90-82= 8° (Landai)
2. 90-68= 22° (Bergelombang)              
3. 90-61= 29° (Bergelombang)
Suhu air
28o C
pH tanah
7 (netral)
Jenis batuan
Batuan granit, batuan vulkanik, batuan sungai, dan batuan gamping.
Vegetasi
Kangkung, putri malu, ilalang,enceng gondok, rumput gajah, pohon pisang, kelapa, dll

            Bendungan ini terletak di desa paya seunara, kecamatan sukakarya. tersebut di bangun untuk menampung air agar dapat dimanfaatkan sebagai tempat berlabuhnya kapal barang nantinya namun proyek tersebut belum sepenuhnya jalan karena memerlukan biaya yang sangat besar. Bendungan tersebut dapat menampung air hingga jutaan kubik air.         
           Waduk ini merupakan bendungan air untuk keperluan pelabuhan bebas Sabang, perkebunan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Tidak terdapat tanggung disekeliling tanggul terutama di dekat pemukiman penduduk, seandainya air penuh di dalam waduk maka dapat dipastikan rumah warga akan kebanjiran. Tanggul hanya terdapat di sebelah bendungan namun sudah sangat bagus dengan dilapisi karet dan batuan.
            .
                                            Gambar. Vegetasi

 3.8   Lokasi VIII Pria Laot

Keterangan
Hasil Pengamatan
Koordinat
5° 50’ 33,7” LU  &  95° 17’ 8,8’’ BT
Suhu udara
39o C
Proses Geologi
Vukanik
Proses Geomorfologi
Pengangkatan
Suhu lumpur semburan
92°C
Kemiringan lereng
1. 90-82= 5° (datar)
2. 90-68= 15° (Landai)              
3. 90-81= 9° (landai)
Warna tanah
Coklat kekuning-kuningan
Kelembaban
78%
Batuan
Tidak  mengandung kapur
Vegetasi
Hutan heterogen
Ketinggian
39 mdpl

Gambar: Lumpur Panas Pria Laot
Pria Laot merupakan pantai yang terdapat batu-batu besar layaknya di pinggir sungai. Sampah berserakan di tepi pantai membuat tidak sedap dipandang mata. Setelah berjalan lebih kurang 1,5 Km di pinggir pantai yang sedikit menanjak akhirnya kami menemukan lokasi sumur lumpur. Sumur ini memiliki diameter  sekitar 1 meter untuk sumur besarnya dan sumur yang lainnya sekitar 30 hingga 50 centimeter. Lumpur yang ada di dalam sumur ini terus menerus mendidih karena dipanaskan oleh lapisan magma yang telah mengeras di dapur magma. Lapisan magma dibawahnya merupakan sambungan dari gunung Jaboi, hal ini tampak dari wilayahnya yang tidak jauh dari Jaboi dan berbau khas belerang seperti di Jaboi. Sumur lumpur ini juga dikenal dengan istilah fumaro yaitu sumber air panas yang dipanasi oleh magma.
3.9   Lokasi IX Tugu Kilometer Nol.
Keterangan
Hasil pengukuran
Koordinat
5o24’21,6”LU & 95º1251,1” BT
Ketinggian
46 mdpl
Suhu udara
26,9°C
Batuan
Tidak mengandung kapur
Proses Geologi
Pengangkatan
Proses Geomorfologi
Structural
Vegetasi
Keutapang, mahoni, pandan tikar, jeruk purut, kemiri, rumput, hutan campuran
pH Tanah
6 (asam)
Jenis batuan
Batuan beku luar, batuan breksi
Struktur tanah
Liat berlempung
Tanah
Mengandung bahan organik

Tugu Nol Kilometer RI atau biasa disebut Monumen Kilometer Nol terletak di desa Iboih Ujong Ba’u 29 kilometer di sebelah barat kota Sabang dan sekitar 5 km dari Iboih. Monumen ini dibangun di ujung tebing setinggi 20 meter yang menghadap Samudra Hindia. Dalam bahasa Indonesia Monumen ini disebut Kilometer Nol yang mempunyai symbol burung garuda, burung Garuda legendaries yang terukir padanya.
Tugu yang diprakarsai oleh Menteri Negara dan Riset Teknologi yaitu bapak Prof.Dr.Ing. BJ.Habibi pada tanggal 24 September 1997 merupakan penentuan posisi geografis kilometer Nol yang diukur oleh para pakar BPP Teknologi dengan menerapkan teknologi Satelit Global Positioning (GPS).
Tempat ini sangat banyak dikunjungi baik oleh turis lokal hingga manca negara karena dari tempat ini dimulai perhitungan wilayah Indonesia. Dari hadapan tugu tersebut akan tampak dari jauh Pulau Aceh. Di Kilometer nol terdapat beberapa tempat makan, souvenir juga mushala.
Hasil pengamatan :
3.10   Lokasi X Pantai Iboih dan Pulau Rubiah
      

Pantai Iboih berada di Kecamatan Sukakarya Kotamadya Sabang. Kelurahan Iboih memiliki luas 15 Km2. Untuk mencapai lokasi dapat di tempuh dngan jalan laut (kapal cepat) selama ± 45 menit dari Pelabuhan Ule lheue dan jalan darat selama ± 45 menit dari Pelabuhan Balohan menuju lokasi.
Kawasan Wisata Bahari Iboih merupakan kawasan wisata pantai yang sangat terkenal dengan aktifitas olah raga bawah laut, seperti berenang, diving dan snorkling sambil menikmati keanekaragaman terumbu karang, ikan hias dan ikan karang (angel fish, surgeon fish, parrot fish dan beragam jenis ikan laut lainnya) yang jarang ditemui pada beberapa taman laut di tempat lain, seperti ikan napoleon. Kawasan wisata bahari Iboih yang didukung dengan sarana dan prasarana juga terdapat hutan wisata yang sangat indah dengan keanekaragaman dan kekayaan flora dan faunanya.
     RUBIAH
Taman Laut Rubiah terletak sekitar 23,5 km sebelah barat kota Sabang, dapat dicapai melalui darat, atau sekitar 7 km dengan menggunakan perahu boat, dan terletak bersebelahan dengan desa Iboih. Pemerintah Indonesia telah menentukan daerah perairan ini, sekitar 2600 hektar sekitar pulau Rubiah sebagai daerah special nature reserve. Terletak di teluk Sabang, dimana air disini relatif tenang dan sangat jernih (25 m visibility) laut disini diisi oleh bermacam trumbu karang dan ikan bermacam warna. Dapat ditemukan gigantic clams, angel fish, school of parrot fish, lion fish, sea fans, dan banyak lagi.
Namun pada saat tsunami 2004 silam menghancurkan terumbu karang yang ada, tetapi sekarang telah di tanam kembali dan ikan-ikan disana tidak boleh ditangkap.
          Gambar.  Terumbu karang di pulau rubiah
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
    Adapun kesimpulan yang terdapat pada laporan ini adalah:
  1. Sabang merupakan sebuah pulau di ujung Sumatera yang termasuk kedalam wilayah Provinsi Aceh.
  2. Pulau weh merupakan pulau yang terbentuk dari aktivitas geologi, berupa pengangakatan (sesar) serta adanya aktivitas vulkanisme. Pulau weh merupakan hasil dari pengangkatan pada jutaan tahun silam hal ini di tandai dengan banyaknya terdapat batuan yang mengandung kapur dan topografinya berbukut-bukit dan terjal.
  3. Dengan adanya proses pengangkatan menyebabkan terjadinya proses vulkanisme hasil pertemuan antara lempeng eurasia dan indo-australia yang menghasilkan gunung api baik yang muncul di permukaan pulau weh maupun didalam laut yang ditandai dengan kawah belerang, lumpur panas, air panas bumi dan gas belerang.
  4. Sabang menjadi ujung perbatasan Negara Indonesia ditandai dengan adanya bangunan kilometer nol sebagai penandanya.
  5. Sabang memiliki berbagai peninggalan sejarah yang dapat menarik perhatian, salah satunya adalah peninggalan benteng jepang yang masih ada sampai saat ini.
  6. Di pantai iboih terdapat berbagai macam terumbu karang yang masih hidup di dalam laut.
  7. Setelah melakukan pengamatan di Sabang banyak terdapat batuan yang mengandung kapur dan tanah yang mengandung bahan organik.
  8. Pengamatan yang dilakukan di sabang berhubungan dengan gejala-gejala alam (fisik ) yang berkaitan dengan teori-teori yang telah dipelajari, dengan tujuan agar mahasiswa geografi dapat menganalisis dan mengembangkan ilmu geografinya sesuai dengan gejala alam yang terjadi di alam sekitar.


4.2 Saran
Adapun saran yang terdapat dalam laporan ini adalah:
  1. Dalam melakukan praktikum, penggunaan alat-alat yang digunakan sudah memadai, namun dalam observasi selanjutnya berharap agar semua tim bisa menjaga alat dan bertanggung jawab terhadap alat agar tidak terjadi kehilangan
  2. Dalam pembangunan sebagai kota wisata, Sabang masih kurang membenahi sarana dan prasarana oleh karena itu perlu adanya peningkatan dari sarana dan prasarana untuk meningkatkan sabang sebagai kota pariwisata.

DAFTAR PUSAKA
Abdullah, T. S.1996. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Cetakan Kedua.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan Ketiga. Bogor: Institut Pertanian
Buckman, Harry O. and Nyle C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta:  Bhratara Karya Aksara
Kartasapoetra, A. Gunarsih. 1986. Klimatologi: Pengaruh Iklim TerhadapTanah
dan Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara,
Wiradisastra. 1999. Geomorfologi dan Analisis Lanskap. Laboratorium
http://geografi-geografi.blogspot.com/2013/08/tenaga-eksogen_9729.html
http://syakir-berbagiilmu.blogspot.com/2012/06/tenaga-pembentuk-muka-bumi-tenaga.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar