Paper Konsep Ki Hajar Dewantara dan Aplikasinya dalam Pendidikan. Myta Chintya Hombink.
Salah satu konsep belajar dan pembelajaran yang terkenal dari Ki
Hajar Dewantara adalah konsep Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso,
Tut Wuri Handayani. Semboyan tersebut
memiliki arti masing-masing sebagai berikut :
1)
Ing
Ngarso Sung Tulodo berarti di
depan memberi teladan
2)
Ing
Madya Mangun Karso berarti di
tengah menciptakan peluang untuk
berprakarsa
3)
Tut
Wuri Handayani mempunyai arti
dari belakang memberikan dorongan dan arahan
Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih
pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu
cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan
semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu
daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau
mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya
akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya.
Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang
bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk
menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela
nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik
pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru
kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara
sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran,
keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di
bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
Modelnya adalah Kyai Semar (menjadi perantara antara Tuhan dan manusia,
mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini). Sebagai pendidik yang merupakan
perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu
mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.
Semboyan dalam pendidikan yang beliau pakai adalah: tut wuri
handayani. Semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya Ing Ngarsa Sung Tulada,
Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Hanya ungkapan tut wuri handayani
saja yang banyak dikenal dalam masyarakat umum. Arti dari semboyan ini secara
lengkap adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa
memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di
antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung
tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan
baik).
Ki Hajar Dewantara juga pernah melontarkan konsep belajar 3
dinding. Yang dimaksud belajar dengan 3 dinding bukanlah belajar dikelas dengan
jumlah dinding 3 buah ( salah satu dari 4 sisi dinding tidak ada ), tetapi
konsep tersebut mencerminkan tidak ada batas atau jarak antara di dalam kelas
dengan realita di luar. Belajar bukan sekedar teori dan praktek disekolah,
tetapi juga belajar menghadapi realitas dunia. Sekolah dan Dunia menurut konsep
ini berarti tidak terpisah. Dengan itu diharapkan para guru mengajarkan ilmu
teori serta praktek di dunia dan juga kepada siswa jika tidak sungkan-sungkan
menanyakan apa saja hal yang tidak diketahuinya tentang dunia kepada guru
mereka masing-masing. Tujuan dari konsep ini, agar para lulusan sekolah dapat
mampu hidup dan bisa berbuat banyak setelah lulus dari sekolah.
Pandangan selanjutnya ialah Pandangan Ki Hadjar Dewantara Terhadap
Pendidikan. Menurut beliau, pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia
dalam arti bahwa menjadi manusia yang mandiri agar tidka tergantung kepada
orang lain baik lahir maupun batin. Ada beberapa falsafah yang dikemukakan oleh
Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, yaitu :
1)
Segala
alat, usaha dan juga cara pendidikan harus sesuai dengan kodratnya.
2)
Kodratnya
itu tersimpan dalam adat istiadat setiap masyarakat dengan berbagai kekhasan,
yang kesemuanya itu bertujuan untuk mencapai hidup tertib dan damai.
3)
Adat
istiadat sifatnya selalu berubah (dinamis).
4)
Untuk
mengetahui karateristik masyarakat saat ini diperlukan kajian mendalam tentang
kehidupan masyarakat tersebut di masa lampau, sehingga dapat diprediksi
kehidupan yang akan dating pada masyarakat tersebut.
5)
Perkembangan
budaya masyarakat akan dipengaruhi oleh unsur-unsur lain, hal ini terjadi
karena pergaulan antar bangsa.
- Sistem Among Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Sistem Among berasal dari bahasa Jawa yaitu mong atau momong,
yang artinya mengasuh anak. Para guru atau dosen disebut pamong yang bertugas
untuk mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu dengan kasih sayang. Tujuan
dari Sistem Among adalah membangun anak didik untuk menjadi manusia beriman dan
bertaqwa, merdeka lahir dan batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketrampilan,
serta sehat jasmani dan rokhani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri
dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya.
Dalam pelaksanaan Sistem Among, setelah anak didik menguasai ilmu, mereka
didorong untuk mampu memanfaatkannya dalam masyarakat, didorong oleh cipta,
rasa, dan karsa.
Sistem pendidikan Ki Hadjar Dewantara
itu dikembangkan berdasarkan lima asas pokok yang disebut Pancadarma Taman
Siswa (Suratman, 1985: 111), yang meliputi:
1)
Asas
kemerdekaan, yang berarti disiplin diri sendiri atas dasar nilai hidup yang
tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Arti
merdeka adalah sanggup dan mampu untuk berdiri sendiri untukmewujudkan hidup
diri sendiri, hidup tertib dan damai dengan kekuasaan atasdiri sendiri. Merdeka
tidak hanya berarti bebas tetapi harus diartikan sebagaikesanggupan dan
kemampuan yaitu kekuatan dan kekuasaan untuk memerintah diri pribadi
2)
Asas
kodrat alam, yang berarti bahwa pada hakikatnya manusia itu sebagaimakluk,
adalah satu dengan kodrat alam. Manusia tidak dapat lepas dari kodratalam dan
akan berbahagia apabila dapat menyatukan diri dengan kodrat alamyang mengandung
kemajuan itu. Oleh karena itu, setiap individu harus berkembang dengan
sewajarnya.
3)
Asas
kebudayaan, yang berarti bahwa pendidikan harus membawa kebudayaan kebangsaan
itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasanzaman, kemajuan dunia dan
kepentingan hidup lahir dan batin rakyat pada setiap zaman dan keadaan.
4)
Asas
kebangsaan, yang berarti tidak boleh bertentangan dengankemanusiaan, malah
harus menjadi bentuk kemanusiaan yang nyata. Olehkarena itu asas kebangsaan ini
tidak mengandung arti permusuhan denganbangsa lain melainkan mengandung rasa
satu dengan bangsa sendiri, satu dalamsuka dan duka, rasa satu dalam kehendak
menuju kepada kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh bangsa.
5)
Asas
kemanusiaan, yang menyatakan bahwa darma setiap manusia itu adalahperwujudan
kemanusiaan yang harus terlihat pada kesucian batin dan adanya rasacinta kasih
terhadap sesama manusia dan terhadap makluk ciptaan Tuhan seluruhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati
, mudjiono. 2009. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Soemanto
wasty .2006. Psikolgi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Suryabrata,
Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar